"Lulusan (pondok) sini, diharapkan untuk ikut mengajar (sebelum berhenti mondok). Mengapa? Pertama, biar ilmunya barokah. Kedua, kalau sudah pulang ke masyarakat sudah mempunyai bekal ilmu yang kuat untuk mendidik anak-anak," begitu pesan Kiai As'ad kepada para santri senior, sebagaimana tercatat dalam buku Wejangan Kiai As'ad dan Kiai Fawaid.
Nasihat ini menyimpan pesan mendalam yang tak hanya mengandung nilai spiritual, tetapi juga membangun karakter dan keterampilan santri dari sisi psikologis.
Mengajar sebelum meninggalkan pondok bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah proses pembelajaran aktif yang dikenal dalam psikologi pendidikan sebagai experiential learning atau pembelajaran pengalaman. Dalam proses ini, santri tidak hanya menyampaikan ulang ilmu yang telah mereka pelajari, tetapi juga memperkuat pemahaman mereka. Mereka belajar berkomunikasi, berpikir kritis, dan mengasah keterampilan, yang semuanya berkontribusi pada internalisasi ilmu sehingga menjadi lebih barokah, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Dari sudut pandang psikologis, pengalaman mengajar ini membangun self-efficacy atau keyakinan pada kemampuan diri. Teori yang diperkenalkan oleh psikolog Albert Bandura menekankan bahwa pengalaman keberhasilan, seperti saat mengajar, membantu seseorang membangun kepercayaan diri. Saat santri menghadapi tantangan dalam mengajar, mereka belajar untuk menemukan solusi dan mengatasi masalah, yang memperkuat rasa percaya diri mereka.
Mengajar juga melibatkan interaksi sosial yang melatih kemampuan berkomunikasi dan empati. Santri belajar memahami kebutuhan murid, yang mengasah kompetensi sosial dan emosional mereka. Keterampilan ini sangat berharga ketika mereka kembali ke masyarakat untuk mendidik generasi berikutnya.
Carol Dweck, dengan konsep growth mindset, menekankan bahwa kemampuan seseorang dapat berkembang melalui usaha. Proses mengajar memberikan santri kesempatan untuk terus belajar dan bertumbuh. Mereka tidak hanya menyebarkan ilmu tetapi juga memperbaiki kelemahan dan mengembangkan potensi diri. Hal ini menciptakan ruang bagi santri untuk mengadopsi mindset bahwa belajar adalah proses yang berkelanjutan.
Mengajar juga merupakan cara untuk menginternalisasi nilai-nilai luhur yang diajarkan selama mondok. Dengan berbagi ilmu, santri menyadari bahwa ilmu adalah amanah yang harus dimanfaatkan untuk kebaikan. Pengalaman ini membantu mereka menemukan makna dan tujuan hidup, yang penting untuk kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis mereka.
Dalam teori peran sosial (role theory), individu perlu belajar peran yang akan mereka jalankan di masyarakat. Melalui pengalaman mengajar, santri dilatih untuk menjadi pendidik, pemimpin, atau teladan. Mereka memperoleh rasa tanggung jawab, kepercayaan diri, dan kemampuan beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat.
Pesan Kiai As'ad bukan sekadar nasihat, melainkan strategi psikologis yang kuat untuk mempersiapkan santri menjadi individu yang matang, percaya diri, dan berdaya guna di masyarakat. Dengan mengajar, santri tidak hanya memperdalam ilmu mereka, tetapi juga mengembangkan aspek-aspek psikologis yang akan menjadi bekal besar dalam kehidupan mereka. Sebuah dawuh yang sederhana, namun sarat makna dan manfaat.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar