27/06/22

SURAT TERBUKA UNTUK LAKI-LAKI TERHEBTAKU


Dear lelaki terhebatku,

Yang paling bisa menyembunyikan lelah. Bibirmu yang kering terpaksa tersenyum untuk menunjukkan bahwa semua baik-baik saja. Rela jatuh bangun demi kebahagiaan orang-orang yang kamu cintai.

Di tanganmu semua urusan harus beres. Semua beban sanggup kamu tanggung sendiri. Semua masalah harus bisa kamu selesaikan sendiri. Bahkan, permasalahan yang rumit dan membahayakan sekalipun. Kamu pandai memendam karena kamu malu jika seorang laki-laki harus mengeluh.

Kamu bekerja semaksimal mungkin sampai keluar urat-urat di tangan dan lehermu. Kamu rela mengambil pekerjaan apapun untuk memenuhi kebutuhan. Karena kamu paham, laki-laki itu dihargai dari tanggung jawabnya (kerja kerasnya) bukan dari banyak omongnya.

Wahai lelaki terhebatku, teruslah semangat dan tersenyum. Seberat apapun yang sedang kamu upayakan, yakinlah kamu mampu. Karena ada doa orang-orang yang mencintaimu.

Sukorejo, 28 Juni 2022
Anakmu, #Ilham Akbar

26/06/22

MAKNA KECERDASAN



MAKNA KECERDASAN

Di papan tulis, saya menggambar sebatang pohon kelapa di tepi pantai, lalu sebutir kelapa yang jatuh dari tangkainya.

Lalu saya bercerita, ada 4 anak yg mengamati fenomena alam jatuhnya buah kelapa ditepi pantai itu.

Anak ke 1 : Dengan cekatan dia mengambil secarik kertas, membuat bidang segi tiga, menentukan sudut, mengira berat kelapa, dan dengan rumus matematikanya anak ini menjelaskan hasil perhitungan ketinggian pohon kelapa, dan energi potensial yang dihasilkan dari kelapa yang jatuh lengkap dengan persamaan matematika dan fisika.

.

Lalu psikolog tanya kepada siswa saya? Apakah anak ini cerdas?... dijawab serentak sekelas ... iya ... Dia anak yang cerdas. Lalu saya lanjutkan cerita ...

Anak ke 2 : Dengan gesit anak ke dua ini datang memungut kelapa yang jatuh dan bergegas membawanya ke pasar, lalu menawarkan ke pedagang dan dia bersorak ... yesss ... laku Rp 5.000.

Kembali saya bertanya ke anak-anak dikelas ... apakah anak ini cerdas?...

Anak-anak menjawab iyaa ... Dia anak yg cerdas. Lalu saya lanjutkan cerita...

Anak ke 3 : Dengan cekatan, dia ambil kelapanya kemudian dia bawa keliling sambil menanyakan, pohon kelapa itu milik siapa? _Ini kelapanya jatuh, mau saya kembalikan kepada yang punya pohon._

Saya bertanya kepada anak-anak ... apakah anak ini cerdas?... anak-anak dengan mantap

menjawab ... iya ... dia anak yang cerdas.

Sayapun melanjutkan cerita ke empat ...

Anak ke 4 : Dengan cekatan, dia mengambil kelapanya kemudian dia melihat ada seorang kakek yg tengah kepanasan dan berteduh dipinggir jalan. "Kek, ini ada kelapa jatuh, tadi saya menemukannya, kakek boleh meminum dan memakan buah kelapanya".

Lalu saya bertanya ... apakah anak ini, anak yg cerdas? Anak-anak menjawab,

iya ... dia anak yang cerdas.

Anak-anak menyakini bahwa semua cerita diatas menunjukan anak yg cerdas.

Mereka jujur mengakui bahwa setiap anak memiliki "Kecerdas-unikan-nya".

Dan mereka ingin dihargai "Kecerdas-unikan-nya" tersebut.......

Namun ... yang sering terjadi ... di dunia kita, dunia para orang tua dan pendidik, menilai kecerdasan anak hanya dari satu sisi, yakni ?

"Kecerdasan Anak Pertama, Kecerdasan Akademik", Lebih parahnya, kecerdasan yang dianggap oleh negara adalah kecerdasan anak pertama yang diukur dari nilai saat mengerjakan UN.

Sedangkan...

"Kecerdasan Finansial" (anak no 2), "Kecerdasan Karakter" (anak no 3) dan "Kecerdasan Sosial" (anak no 4).

Belum ada ruang yg diberikan Negara untuk mengakui kecerdasan mereka.

.Anak Ayah Bunda termasuk nomor berapa?

.

Anak anda semuanya adalah anak-anak yang cerdas dengan "Keunikan dan Kecerdasan-nya" masing-masing...

Hargai dan jangan samakan dengan orang lain atau bahkan dengan diri anda sendiri.

Mari hargai kecerdasan anak kita masing-masing, dan siapkan mereka dengan 4 kecerdasan (Akademik, Finansial, Karakter, dan Sosial) sebagai pedoman dimana mereka akan mengarungi lautan hidup kelak.

Tiap manusia lahir dengan kecerdasan dan keunikan masing-masing

Sumber : Indonesia Belajar Parenting

  Ilham Akbar, S.Pd

22/06/22

Jika Anak Sekolah Terlalu Dini


 

Jika Anak Sekolah Terlalu Dini

=========================

1. Keyakinan umum...

* Otak anak usia dini seperti spons, artinya ini masa yang tepat untuk ditanamkan ilmu, agar anak tumbuh cerdas

* Semakin dini disekolahkan, otak anak semakin berkembang.

2. Sehingga...

Ada orang tua yang menyekolahkan sedini mungkin, bahkan ada yang masuk prasekolah diusia 1,5-2 tahun.

3. Mari kita bercermin...

* Apakah kita begitu meyakini bahwa anak harus segera pintar agar siap menghadapi persaingan zaman?

* Apakah kita disiapkan menjadi orang tua?

* Apakah memiliki bekal yang cukup dalam mengasuh?

* Bagaimana innerchild diri kita?

4. Betapa kita disiapkan untuk menjadi ahli namun tdk disiapkan jadi orangtua, sehingga tidak punya kesabaran & endurance untuk jadi orang tua.

5. Ilmu yang kita miliki untuk mengasuh pun serba tanggung.

Ilmu yg setengah-tengah, berujung pada false belief (keyakinan yang salah).

Sayangnya false belief ini dpt berubah menjadi societal false belief (keyakinan yang salah pada sekelompok orang).

Jika orang tua tidak memiliki kemampuan berpikir (thinking skill) yang baik, false belief akibat ilmu yang serba tanggung itu jadi pembenaran bersama atas keputusan kita yang keliru.

6. Pintar ada waktunya!

Karena yang berkembang adalah pusat perasaan, anak usia dini harus jadi anak yang bahagia, bukan jadi anak yg pintar!

7. Kita berpikir...

"Kan di sekolah belajarnya sambil bermain"

"Kan anak perlu belajar sosialisasi"

"Kan anak jadi belajar berbagi & bermain bersama"

Padahal...

* Anak usia dini belum perlu belajar sosialisasi dengan beragam orang

* Saat anak diusia dini, otak anak yang paling pesat berkembang adalah pusat perasaannya, bukan pusat berpikirnya.

8. Di sekolah, kegiatan anak hanya bermain kok!

Taukah ayah bunda, permainan terbaik adalah tubuh ayah ibunya! Bermain dengan ayah ibu juga menciptakan kelekatan. Misal: bermain peran, bermain pura-pura, muka jelek, petak umpet.

9. Di sekolah, mainan lebih lengkap.

Permainan paling kreatif adalah bermain tanpa mainan. Jangan batasi kreatifitas anak dengan permainan yang siap pakai.

Contoh: karpet jadi mobil, panci jadi topi.

10. Di sekolah, anak belajar bersosialisasi & berbagi.

Anak <5 th belum saatnya belajar sosialisasi.

Ia belum bisa bermain bersama. Mereka baru bisa bermain bersama-sama.

Bermain bersama-sama= bermain diwaktu & tempat yg sama namun tidak berbagi mainan yang sama (menggunakan mainan masing-masing)

Bermain bersama= bermain permainan yg membutuhkan berbagi mainan yang sama.

11. Di sekolah, anak belajar patuh pada aturan & mengikuti instruksi.

Aturan & instruksi perlu diterapkan setahap demi setahap. Jika di rumah ada aturan, di sekolah ada aturan, berapa banyak aturan yang harus anak ikuti? Apa yg dirasakan anak?

Analogi: Seorang anak <5 thn yang sangat berbakat dalam memasak, dimasukkan ke sekolah memasak. Di sekolah itu, dia diajari berbagai aturan memasak yang banyak, dilatih oleh beberapa instruktur sekaligus. Yang dirasakan anak: pusing!

12. Memasukkan sekolah anak terlalu dini, sama seperti menyemai benih kanker.

Kita tidak tahu kapan kanker akan muncul & dalam jenis apa.

Otaknya belum siap. Kita tidak pernah tahu kapan ia kehilangan motivasi belajar.

Semakin muda kita sekolahkan anak, semakin cepat pula ia mengalami BLAST (Bored Lonely Afraid-Angry Stress Tired).

anak yg mengalami BLAST, lebih rentan menjadi pelaku & korban bullying, pornografi & kejahatan seksual.

13. Jika si adik ingin ikut kakaknya sekolah...

Sekolah itu bukan karena ikut-ikutan. Anak harus masuk masa teachable moment, karena memang ada anak yang mampu sekolah lebih cepat dari ketentuan umum yang berlaku. Orang tua harus mampu mengendalikan keinginan anak. Kendali ada ditangan orang tua karena otak anak belum sempurna bersambungan.

14. Ciri anak memasuki masa teachable moment.

* Menunjukkan minat untuk sekolah

* Minat tersebut bersifat menetap

* Jika kita beri kesempatan untuk bersekolah, ia menunjukkan kemampuannya.

15. Kapan sebaiknya anak masuk sekolah?

* TK A → usia 5 th

* TK B → usia 6 th

* SD → usia 7 th

Dibawah usia 5 th, anak tidak perlu bersekolah.

Kebutuhan anak 0-8 tahun adalah bermain & terbentuknya kelekatan.

Jangan kau cabut anak-anak dari dunianya terlalu cepat, karena kau akan mendapatkan orang dewasa yang kekanakan.

21/06/22

Terlalu Pengecut, Tak Pernah Sanggup Melupakan Saat Luka Telah Berserakan


Saat aku tahu bahwa kau tak lagi memberikan rasamu padaku, sejak saat itu pula aku memutuskan untuk berhenti mencari tahu tentangmu.

Namun, hati ini seperti memaksaku untuk terus bertahan dalam sebuah ketidakpastian akan hubungan yang cukup lama kita jalani berdua.

Terkadang, aku mengutuk diriku sebab masih menyimpan seribu harap padamu. Tetapi di sisi lain, aku masih saja melakukan hal itu.

Aku mencoba belajar mem b e n c i, tetapi sia-sia. Lalu kucoba mengingat-ingat kembali jenis-jenis luka yang kau suguhkan tempo hari, tetap saja tak berguna.

Hatiku masih seutuhnya milikmu, meski sudah banyak goresan bekas luka lama yang tak kunjung pulih dan sakitnya masih belum reda.

Kau terlalu hebat, membuatku mencintaimu dengan segala ke b o d o h a n ku yang selalu merasa baik-baik saja, ketika dengan sangat sengaja kau patahkan beberapa bagian hingga menjadi sekecil-kecilnya.

Atau mungkin karena aku, yang terlalu pengecut untuk meninggalkan dan membiarkan dia menjadikanmu seorang ratu selayaknya yang pernah kulakukan dahulu.
_____________________________

IAPW, 21 Juni 2016  

Mau sampai kapan?



Mau sampai kapan? Kamu menyukai seseorang, yang jelas-jelas dia sudah jadi milik orang lain.

Menunggu takdir mengembalikannya kepada dirimu? Ok, lakukanlah. Sampai kamu benar-benar disadarkan dan dilukai oleh kenyataan.


Salah satu cara pendidikan Sekolah di China

 

Ciri khas sekolah dasar di China adalah ada waktu tidur siang. Sekolah di Handan, Hebei ini punya ide bagus. Meja dan kursi di atur sehingga bisa jadi tempat tidur.

Anak anak sehabis makan siang, istirahat lalu tidur siang jadi begitu bangun tidur badan segar kembali dan siap menerima pelajaran kembali 😀

Andai ada di indonesia ga akan ada anak yg tidur di kelas pas jam belajar sekolah 😁

03/06/22

Kau Perempuan Terhebat

 

Kau Perempuan Terhebat

Senyummu menggetarkan dunia

Bagai bara yang luluhkan besi

Kau mahluk tuhan yang unik penuh misteri

Cantik, menarik, anggun rupawan, menawan

 

Kau diukir dari tulang rusuk Adam (konon katanya)

Begitu hebatnya dirimu

Air matamu air mata suci

Kelembutanmu seperti sutera

Kasih sayngmu melebihi samudra

Cinta kasihmu taka da hijam yang membatasi

 

Kau bukan ibu raden ajeng kartini

Kau bukan cut nyak dien

Tapi kau wanita yang hebat

Wanita yang kuat

Wanita tangguh

Kau wanita Indonesia

Wanita yang sangat mulia                                                            

Wanita penuh dedikasi

 

Otot bukan senjatamu

Pedang bukan sifatmu

Cinta, kasih sayanglah senjata terdahsyatmu

Itulah jiwa dan hatimu

 

Kau genggam dunia dengan senyummu

Kau rangkul ngarai dengan kebajikan

Kau kepal samudra dengan kelembutan

Kaulah perempuan terhebat

#29 Mei 2022

Tentang Penulis

Ilham Akbar, laki-laki pesantren pengagum malam dan semesta. Saat ini sedang dalam proses menerbitkan beberapa antologi. Jejaknya bisa dilacak di akun Instagram ; IlhamAkbar3107 atau Facebook ; Ilham Akbar Pratama Wijaya. Kicauannya kadang terselip di akun blogernya :ilhamakbar031097.blogspot.com

 

AGAR ANAK BETAH DI PONDOK PESANTREN


 AGAR ANAK BETAH DI PONDOK PESANTREN

Salah satu cara agar anak mendapat pendidikan agama dengan intensif dan baik adalah dengan memasukannya ke pondok pesantren. Namun, tak sedikit anak yang tak betah ketika mondok. Berikut beberapa tips yang harus dilakukan orang tua, agar anak betah. Semoga cocok untuk Anda dan si buah hati.

Pertama, tumbuhkan kesadaran pada anak mengapa dirinya masuk pesantren. Jauh hari sebelum hari H, bahkan satu dua tahun sebelum anak dimasukan ke pesantren, tumbuhkanlah kesadaran kepada anak mengapa dirinya harus masuk pesantren. Sehingga anak sadar, bahwa pesantren adalah pilihan yang tepat untuk memperdalam agama secara intensif dan baik. Masuk ponpes bukan untuk liburan atau berleha-leha. Jadi, tidak timbul perasaan yang tidak-tidak pada diri anak, seperti merasa dibuang atau dikucilkan oleh keluarga serta siap mental dengan fasilitas yang minim.

Kedua, orang tua harus benar-benar merelakan anaknya mondok dan jauh dari orang tua. Sehingga saat hari H melepas anak masuk pesantren, yang terlihat adalah wajah ceria dan senyuman orang tua. Insyaallah, anak akan lebih cepat betah di pondok. Sebaliknya, rasa berat hati yang tercermin dari raut muka dan air mata orang tua saat perpisahan itulah yang membuat anak jadi tidak betah. Karena wajah terakhir saat perpisahanlah yang akan terus terbayang di benak anak sampai akhirnya berjumpa kembali.

Ketiga, semangati dan berikanlah hikmah setiap masalah yang dicurhatkan anak. Bulan-bulan awal bahkan setahun pertama, anak tentu saja akan merasa berat tinggal di pesantren karena aturan dan kebiasaan yang berbeda 180 derajat dengan di rumah. Maka, setiap menengok atau ada kesempatan berkomunikasi, semangatilah terus agar anak tetap betah. Dan berilah hikmah setiap masalah yang dicurhatkan anak.

Misal, dengan kebiasaan cuci baju sendiri, bangun jam 3 pagi, jadwal makan yang ketat sekali, dan berbagai keprihatinan lain yang dirasakan anak, sampaikanlah bahwa itu semua merupakan tempaan agar mental sang anak jadi kuat dan bisa hidup mandiri. Mental yang kuat dan hidup mandiri itu sangat diperlukan saat dirinya dewasa kelak. Karena kehidupan di masa depan lebih berat lagi.

Keempat, tunjukkan rasa bangga. Setiap menjenguk, jangan lupa tunjukkan rasa bangga orang tua kepada anak yang masih bertahan di pondok. Apalagi ketika anak menunjukkan prestasinya, rasa bangga harus lebih ditunjukkan lagi.

Kelima, jangan sering menengok atau berkomunikasi dengan anak. Setiap kangen, baiknya banyak-banyak mendoakan saja, jangan sering-sering menengok atau berkomunikasi dengan anak. Karena kalau terlalu sering ditengok atau ditelepon, dikhawatirkan anak akan sulit betah di pondok dan menjadi sangat merindukan suasana di rumah.

Semoga tips di atas cocok untuk Anda dan si buah hati. Selamat mencoba. Semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang paham agama dan mengamalkannya dengan baik dan menjadi ladang pahala jariah kita. Aamiin.[]

#Ilham Akbar, S.Pd

 

“Tanah Kelahiran”

Di sinilah aku pertama kali melihat dunia. Tanah kelahiran yang sederhana namun penuh makna. Di bumi ini aku ditimang, dibesarkan, dan didid...