11/07/25

Ada apa dengan profesi petani?

 

Banyak anak petani yang sukses menjadi sarjana, pengusaha, atau profesi lainnya, sementara jumlah anak petani yang melanjutkan usaha pertanian keluarga terus menurun.

Fenomena ini terjadi karena beberapa faktor berikut:

1. Penghasilan Petani Dianggap Tidak Menjamin.

Banyak anak muda melihat orang tuanya bekerja keras dari pagi hingga sore, tapi hasilnya tetap pas-pasan. Ini membuat mereka berpikir bahwa bertani tidak bisa memberi kehidupan layak atau masa depan cerah.

2. Sekolah dan Lingkungan Mendorong ke Profesi Lain.

Pendidikan di sekolah cenderung mengarahkan siswa untuk bekerja kantoran atau menjadi PNS, bukan kembali ke ladang. Bertani tidak pernah diajarkan sebagai pilihan karier yang membanggakan.

3. Gengsi dan Pandangan Sosial.

Profesi petani sering dianggap rendah atau kampungan, Banyak anak muda merasa minder kalau harus mengaku dirinya petani, apalagi jika sudah merantau atau kuliah di kota besar.

4. Kurangnya Akses ke Teknologi dan Modal.

Anak petani yang sebenarnya ingin bertani pun sering terkendala modal usaha, lahan yang sempit, dan tidak punya akses ke alat modern atau jaringan pasar. Akhirnya mereka memilih pekerjaan lain yang lebih stabil.

5. Pertanian Masih Didominasi Orang Tua.

Keputusan di sektor pertanian biasanya masih dipegang oleh orang tua. Anak muda jarang diberi ruang untuk bereksperimen atau berinovasi, sehingga mereka merasa tidak punya kendali atau peluang.

6. Kurangnya Role Model Petani Muda yang Sukses.

Media dan internet jarang menampilkan kisah petani muda sukses yang inspiratif. Padahal, jika ditampilkan, ini bisa membangkitkan semangat dan kebanggaan menjadi petani modern.

Sebagai Kesimpulan:

Anak petani bukan tidak mau jadi petani, Tapi banyak dari mereka tidak melihat jalan atau harapan dalam dunia pertanian, kecuali kita ubah cara pandang, sistem dukungan, dan kebijakan. Menjadikan Petani sebagai profesi penting dalam rantai pangan Nasional yang menjanjikan.

#anak #petani #indonesia

Tidak ada komentar:

“Tanah Kelahiran”

Di sinilah aku pertama kali melihat dunia. Tanah kelahiran yang sederhana namun penuh makna. Di bumi ini aku ditimang, dibesarkan, dan didid...