27/08/20

 Gambar mungkin berisi: langit, awan, alam dan luar ruangan, teks yang menyatakan 'Kisah Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu 1 "Pembunuhan terhadap Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu yang dilakukan oleh Fairuz Abu Lu'lu'ah"'

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pada era Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu tidak sedikit wilayah Persia dan Romawi yang ditaklukkan, bisa jadi banyak penduduk non muslim yang negerinya ditaklukkan, singgasananya runtuh, dan kerajaannya hilang itu iri terhadap kaum muslimin, khususnya kepada Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu.

Mereka tidak mampu menghentikan ekspansi Islam yang menghanyutkan negerinya, dan tidak ada jalan lain bagi mereka selain melakukan makar terhadap Islam dan kaum muslimin lewat diri Khalifah Umar.

Untuk itu, sebuah konspirasi untuk pembunuhan Khalifah direncanakan melalui tangan seorang tawanan perang Nahawand bernama Abu Lu'lu'ah Fairuz Al-Majusi --budak Al-Mughirah bin Syu'bah, tawanan ini sangat sakit hati dan dengki kepada kaum muslimin.

Jika ia melihat tawanan anak-anak kecil, ia mendatanginya dan mengusap kepala mereka, lalu menangis sambil berkata, "Bangsa Arab telah memakan jantungku."

(Ath-Thabaqat Al-Kubra, karya Ibnu Sa'ad, III/201).

Adapun bagaimana terjadinya kejahatan mungkar ini, diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu tidak memperbolehkan orang musyrik dewasa untuk masuk ke Madinah.

Hal ini terus berlangsung hingga datang surat dari Al-Mughirah bin Syu'bah, gubernurnya di Kufah, memohon izin kepada Khalifah Umar agar budaknya bernama Abu Lu'lu'ah bisa masuk ke Madinah, sebab orang ini cakap dalam berbagai industri atau kerajinan yang bisa dimanfaatkan oleh kaum muslimin, ia adalah seorang tukang kayu, pandai besi, dan pemahat, akhirnya Umar pun memberinya izin masuk ke Madinah.

Ketika Umar bin Khattab ra sebagaimana biasanya berkeliling di pasar Madinah, hamba sahaya itu menemuinya dan mengadukan Al-Mughirah karena ia mewajibkan bayaran pajak yang banyak, pajak penghasilan yang banyak, lantas Umar ra bertanya, "Berapa pajak mu?"

Budak itu (Abu Lu'lu'ah) menjawab, "Dua dirham perhari."
Umar ra bertanya lagi, "Apa pekerjaanmu?"
Budak itu menjawab, "Tukang kayu, pandai besi dan tukang ukir."

Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu berkata, "Aku tidak melihat pajakmu terlalu banyak untuk pekerjaan yang engkau buat, aku dengar engkau mengatakan, 'Seandainya engkau menginginkan aku membuat kincir angin, pasti aku melakukannya."

Budak itu menjawab, "Ya." Lalu ia berkata lagi, "Kalau aku selamat, aku akan membuat kincir yang menjadi buah bibir orang di timur dan barat."

Budak itu pergi dari hadapan Umar, lantas Umar berkata, "Baru saja budak ini mengancamku!"

Pada hari berikutnya, Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu didatangi Ka'ab Al-Ahbar seorang Yahudi yang masuk Islam, lalu ia berkata kepada Umar, "Wahai Amirul Mukminin, aku bersumpah bahwa engkau akan meninggal setelah tiga hari."

Khalifah Umar bertanya, "Dari mana engkau tahu?"
Ka'ab menjawab, "Aku menemukannya dalam kitab Taurat."

Umar bertanya lagi, "Apakah engkau benar-benar menemukan Umar bin Khattab dalam Taurat?"

"Memang tidak, namun aku menemukan sifat dan bentuk, dan sesungguhnya ajalmu segera tiba," jawab Ka'ab Al-Ahbar.

Padahal saat itu Umar dalam kondisi sehat dan segar bugar, esok harinya Ka'ab Al-Ahbar datang lagi sambil berkata, "Satu hari telah berlalu, dan tersisa dua hari."

Esok harinya ia datang lagi sambil berkata, "Dua hari telah berlalu dan tersisa satu hari, hari ini milikmu hingga besok pagi."

Ketika Subuh tiba, Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu berangkat untuk menunaikan shalat tanpa memedulikan omongan yang didengarnya, Umar berada di tengah-tengah barisan tanpa menghiraukan omongan yang disampaikan kepadanya.

Di dalam barisan itu ada tentara bertugas, jika barisan sudah sama, Umar pun datang sambil bertakbir, pada saat demikian Abu Lu'lu'ah masuk menerobos kerumunan orang sambil menghunus belati bermata dua.

Ia (Abu Lu'lu'ah) memegang bagian tengah belati itu dan menusuk Umar sebanyak enam tusukan, satu tusukan mengenai bawah pusarnya, lantas Umar berkata sambil terjatuh, "Apakah di tengah-tengah manusia ada Abdurrahman bin Auf?"

Orang-orang menjawab, "Ya, Wahai Amirul Mukminin, inilah orangnya."

Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu berkata, "Majulah dan pimpinlah manusia untuk mengerjakan shalat."

Kemudian Abdurrahman bin Auf mendirikan shalat, sedangkan Umar tergeletak di lantai, setelah itu Umar digotong kerumahnya.

Sementara itu, Abu Lu'lu'ah menebaskan belatinya ke kanan dan ke kiri sehingga melukai tiga belas orang kaum muslimin; tujuh diantaranya meninggal dunia.

Lantas seorang lelaki bernama Hithan At-Tamimi menghampiri Abu Lu'lu'ah lalu melemparkan kainnya dan mendekapnya, melihat hal ini Abu Lu'lu'ah langsung menusuk dirinya hingga mati.

Umar sangat memperhatikan orang yang ingin membunuhnya, lantas Umar menyuruh Abdullah bin Abbas untuk melihat siapa pembunuhnya, ia berkeliling sesaat lalu menghadap lagi kepada Umar dan berkata, "Budak sahaya Al-Mughirah bin Syu'bah."

Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu berkata, "Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan pembunuhku mendakwaku di sisi Allah terhadap sujud yang ia lakukan, pasti orang Arab tidak akan membunuhku."

(Ath-Thabaqat Al-Kubra, karya Ibnu Sa'ad, II/521. Ath-Thabari, IV/191).

Puasa Tasua dan Asyura Muharram 2020

Dalil Tentang Puasa Tasu'a dan Asyuro' – IDTODAY.CO – Membangun Peradaban  Negeri

 

اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
Ini Jadwal Puasa Tasua dan Asyura Muharram 2020 Lengkap dengan Bacaan Doa Serta Keutamaannya
, bulan Muharram juga memiliki keutamaan yang luar biasa.
Di bulan Muharram, umat muslim akan memperingati Tahun Baru Islam dan menjalankan puasa Tasua dan puasa Asyura.

Tahun baru Islam 1 Muharram 1442 tahun ini bertepatan dengan tanggal 20 Agustus 2020.
Di malam tahun baru Islam, umat muslim disunahkan membaca doa akhir tahun dan awal tahun.
Selanjutnya memasuki jari ke-9 dan ke-10 bulan Muharram, umat muslim disunahkan menjalankan puasa Tasua dan Asyura.
Puasa Tasua merupakan puasa sunnah yang bisa dikerjakan pada tanggal 9 Muharram atau 28 Agustus 2020.
Sedangkan puasa Asyura ditunaikan pada tanggal 10 Muharram atau 29 Agustus 2020. Berikut ini bacaan niat serta keutamaan puasa Tasua dan puasa Asyura.

Puasa Tasua dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram.
Berikut bacaan niat Puasa Tasua :
نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُعَاءْ سُنَّةَ ِللهِ تَعَالَى
"Nawaitu sauma tasu'a sunnatal lillahita’ala"
Artinya: Saya niat puasa hari tasua, sunnah karena Allah ta’ala.
Ada tiga hikmah disyariatkannya puasa pada hari Tasua:

1. Untuk menyambung puasa hari Asyura dengan puasa di hari lainnya, sebagaimana dilarang berpuasa pada hari Jum’at saja.
2. Untuk kehati-hatian dalam pelaksanaan puasa Asyura, dikhawatirkan hilal berkurang sehingga terjadi kesalahan dalam menetapkan hitungan, hari kesembilan dalam penanggalan sebenarnya sudah hari kesepuluh.
3. Untuk membedakan dengan orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja.

Niat Puasa Asyura
Dalam mazhab Syafi’i, lafal niat Puasa Asyura sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاء سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
(Nawaitu shouma fii yaumi aasyuuroo’ sunnatan lillaahi ta’aalaa)
Artinya: saya niat puasa sunnah asyura sunnah karena Allah Ta’ala.
Keutamaan Puasa Asyura
Puasa Asyura memiliki keutamaan yang luar biasa.

Tiga di antara keutamaan Puasa Asyura dijelaskan dalam hadits-hadits berikut ini.
1. Puasa paling utama
Puasa Asyura (juga puasa Tasua) merupakan puasa yang dikerjakan di bulan Muharram.

Puasa di bulan Muharram merupakan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan keutamaan puasa Muharram dengan sabda beliau:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa bulan) Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim)

سُئِلَ أَىُّ الصَّلاَةِ أَفْضَلُ بَعْدَ الْمَكْتُوبَةِ وَأَىُّ الصِّيَامِ أَفْضَلُ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ فَقَالَ أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوبَةِ الصَّلاَةُ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ وَأَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ الْمُحَرَّمِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya, “Shalat manakah yang lebih utama setelah shalat fardhu dan puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?”
Beliau bersabda, “Shalat yang paling uatama setelah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam dan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah (yakni) Muharram.” (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad)

2. Puasa yang diutamakan Nabi
Puasa Asyura merupakan puasa yang istimewa bagi Rasulullah dan sangat diutamakan beliau.
Ibnu Abbas menerangkan, tidak ada puasa sunnah yang lebih diutamakan Rasulullah melebihi Puasa Asyura.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ ، إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ . يَعْنِى شَهْرَ رَمَضَانَ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu ia berkata, saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperhatikan puasa satu hari yang diutamakannya atas yang lainnya selain hari ini, hari asyura dan bulan Ramadhan. (HR. Bukhari)
3. Menghapus dosa setahun sebelumnya
Inilah keutamaan Puasa Asyura yang paling banyak diketahui.
Puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun sebelumnya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Rasulullah ditanya tentang Puasa Asyura, beliau menjawab, “dapat menghapus dosa setahun sebelumnya.” (HR. Muslim)

semoga bermamfaat..🤲🏻🙏🏻

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ
مُحَمَّد

26/08/20

"RENUNGAN UNTUK KITA BERSAMA"

 Keterangan foto tidak tersedia.

"RENUNGAN UNTUK KITA BERSAMA"

Alkisah seekor rusa betina
sedang sarat bunting.
Ketika hampir detik-detik kelahirannya,
rusa ini pergi ke suatu tempat yang jauh
di pinggir hutan yang berdekatan
dengan sungai.

Tiba-tiba.....
sesuatu yang tidak ia bayangkan terjadi !

Terdengar suara gemuruh dari langit dan tiba-tiba tampak kilat yang menyambar kepermukaan bumi. Hutan kering ini terbakar dahsyat karena percikan api dari petir tersebut.

Ketika rusa ini menoleh ke kiri,
tampak seorang pemburu telah siap melesatkan anak panah ke arahnya.

Saat menoleh ke kanan,
ia pun terkejut melihat seekor singa lapar
yang siap menerkamnya.

Maka tiada pilihan bagi rusa ini selain :

1. Mati dimangsa singa.
2. Mati terkena panah.
3. Mati terbakar.
4. Atau mati tenggelam karena melompat
ke sungai.

Yang jelas ...
Bahaya mengancam dari berbagai penjuru
dan tidak ada lagi kesempatan untuk berlari.

Lalu apa yang harus ia lakukan?
Bersedih dan merintih?

Menangis dan menjerit?
Atau ia harus berlari
sementara kondisinya begitu lemah?
Atau menyerah pada keadaan?

Rusa pun pasrah.
Dia hanya fokus untuk melahirkan bayinya.

Lalu apa yang terjadi?

Kilat-kilat yang menyambar mengganggu pandangan si pemburu.
Akhirnya panah yang dilesatkan pun meleset dan mengenai si singa lapar.
Singa malang itu mati seketika.

Tiba-tiba hujan datang begitu deras dan memadamkan kebakaran di hutan tersebut.

Pemburu lari mencari tempat berteduh dan tidak fokus lagi kepada rusa tersebut.

Rusa pun melahirkan dengan selamat !

Sahabatku....

Segala kesulitan menyerbumu dari segala arah. Masalah datang bertubi-tubi seakan tak memberimu kesempatan untuk bernafas lega.

Masalah di tempat bekerja,
masalah di dalam rumah,
masalah di jalan,
masalah dengan anak-anak kita semuanya datang bersamaan.

Seakan kamu tidak bisa lagi berbuat apa-apa..

Lalu apa yang harus dilakukan?
Jadilah seperti Rusa.
Biarkan semuanya berjalan apa adanya.

Lakukan sesuatu yang mampu kau lakukan !
Selebihnya serahkan kpada ALLAH

Kaum Milenial, Masihkah Bisa Hidup Zuhud?

Gambar mungkin berisi: 4 orang, orang berdiri

 Kaum Milenial, Masihkah Bisa Hidup Zuhud?

Oleh: Ilham Akbar

Mungkin dari kalian sudah ada yg membacanya di beranda saya, coba saya kirim disini, semoga bermanfaat.😊

-Prolog-
"heran, kenapa ya, katanya kiai, kok hidupnya perlente banget,"

Bisik seorang pemuda kepada temanya ketika akan wawancara kepada seorang kiai yang terkenal nyentrik.

Oleh sang kiai Kedua pemuda tadi disuguh minuman madu asli, bila dikalkulasi per-liternya Muahall...

"Mas, mari pindah ke Gazebo disamping rumah, disitu lebih adem suasananya"

Dua pemuda lantas berjalan membuntut dibelakang Sang Kyai, 50 Meter menuju Gazebo tadi melewati taman-taman yang dihiasai tanaman indah dan bunga-bunga pancawarna. Setelah sampai di Gazebo Sang Kiai Bertanya

"Gimana Mas, taman yang kita lewati tadi, indah bukan?"
"Maaf, Tanaman yang mana yai?"
"Loh apa kalian tidak lihat?"
"tidak yai, saya konsentrasi memegang Minuman Madu ini takut Tumpah yai"

"Begitulah, harta kekayaan saya ini laksana Taman-taman tadi, meskipun itu ada diberbagai sisi saya, tapi saya tak pernah Menghiraukanya, Harta itu hanya ada di kekuasaan saya, tidak sampai ke hati, konsentrasi saya tetap kepada illahi."

Dua Pemuda tadi hatinya tersentak, kaget, kenapa sang kiai mengetahui apa yang ada di uneg-uneg mereka.
setelah itu pemuda malu, dan benar-benar sang kiai ini layak menjadi ulama yang memiliki ribuan umat.

------------

Apakah Bisa Kaum Milenial Hidup Zuhud????
pertanyaan yang kadang terbesit dalam diri kita.

Kaum Milenial dan Zuhud, Stereotipe kita megenai dua hal ini nampak berkebalikan, dan sangat sulit bila disatukan.

Kaum Milenial identik dengan gaya hidup yang necis, glamour, eksis, kaya raya dan serba gemerlap meskipun sebagian ada juga yang proletar (termasuk saya😅).

Sedangkan Zuhud, berkebalikan dengan apa yang menjadi kebiasaan gaya hidup kaum Milenial.

Yang terngiang dalan pikiran kita, ketika mendengar istilah zuhud adalah sebuah lifestyle yang serba sederhana, apa adanya, miskin dan jauh dari gemerlap dunia.

Apalagi zaman sekarang segalanya sudah terpenuhi, serba enak bahkan instant, Genereasi Milenial seolah sudah ogah dan pesimis untuk bisa bergaya hidup zuhud.
Maka tak heran, ketika kita ngaji Bab Zuhud terkadang hati kita 'protes' terhadap Mushonif Kitab:
"Sulitlah, wong zamanya sekarang serba mewah, serba ada, mana bisa hidup Zuhud?"

Eitsss... Jangan salahkan Zamanya, zaman tidak pernah salah Guys, seperti syair yang saya peroleh dari Gus Reza ini:
نعيب زما نناوالعيب فينا # وما لزمننا عيب سوانا
Artinya: " Kita Menyalahkan masa, sedangkan kesalahan itu ada pada kita # Tidaklah masa itu salah melainkan kita sendiri."

Gimana, ketika banyak yang bac*t "Emang sudah Zamanya" "Zamanya sudah ndak karuan" "Zaman Edan" dan bla..blaa ... Blaaa lainya yang selalu mengkambing hitamkan Zaman, padahal manusia sendiri yang berulah. Seperti pada QS Ar-Rum:41 (Ayatnya cari sendiri, enakmen tak kasih🤗).

Oke, mari Tenangkan diri Guys, Stop Pesimis, masih ada kesempatan bagi kita sebagai kaum milenial tapi tetap bisa menjalani hidup zuhud ditengah zaman yang serba bergelimang ini.

Lekat diingatan kita seorang ulama yang bergelimang harta, namun tetap kukuh hidup zuhud. Barangkali kita bisa mengambil ibrah dari beliau. (Saya tuliskan lagi siapa tau kalian lupa kisah ini, 😊)

Yaps, beliau Imam Abu Hasan As-Syadzili (W.1258), pendiri tarekat Syadziliah yang ajaranya tersebar luas dipenjuru Dunia. Sebelum era milenial sekarang, kehidupan beliau sudah 'keren' sejak zaman dahulu. Stylenya Perlente. Pakaianya bagus-bagus, makanya enak, bahkan memiliki Kuda yang tergolong mewah pada zamanya. Akan tetapi hati beliau tetap Cinta Pada Allah, Dunia hanyak sekedar digenggaman tangan saja.

Lalu bagaimana beliau bergelimang harta, berpakain necis, dan dari kasat mata hidupnya terlihat serba enak? Akan tapi tetap bisa melakoni hidup zuhud?

Syekh Abdul Wahab As-Sya'roni, salah satu murid Imam As-Syadzili dalam kitab Minahus saniahnya mengungkapkan "
وقد كان أبو الحسن الشاذلي رحمه الله تعالى يقول لأصحابه "كلوا من أطيب الطعام واشربوا من ألذ الشراب وناموا على أوطأ الفراش والبسوا ألين الثياب فإن أحدكم إذا فعل ذلك وقال الحمد لله يستجيب كل عضو فيه للشكر"

Artinya, “Syekh Abul Hasan As-Syadzili pernah berkata kepada muridnya, ‘Makanlah hidangan paling enak, reguklah minuman paling nikmat, berbaringlah di atas kasur terbaik, kenakanlah pakaian dengan bahan paling lembut. Bila satu dari kamu melakukannya lalu berucap syukur, ‘alhamdulillah’, maka setiap anggota tubuhnya ikut menyatakan syukur.'”

Jika kita komparasikan dengan zaman sekarang, subtansi dari perkataan beliau adalah 'bersyukur', terhadap segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT.

Kaum milenial sah-sah saja berpenampilan gaul, Fashionya trendy, memiliki HP terkini, Mobilnya Bugati , nongkrongknya di KFC akan tetapi tetap wajib bersyukur secara totalitas atas kenikmatan yang diberikan-NYA.

Daripada kita berpakaian compang camping, makanan yang tidak uenak, serba asin dan serba apa adanya, akan tetapi kita tidak bersyukur, malah sambat terus bahkan lebih parahnya tidak Ridha atas pemberin-NYA.

"Maka lebih baiknya kita gaul tapi bersyukur daripada sederhana tapi sambat dan kufur nikmat atas pemberian-NYA."

Bukaknkah Esensi dari Zuhud itu berada dihati? Meskipun secara Dhohir kita tampak Gemerlap, usahakan hati kita tidak condong pada dunia, tidak cinta pada dunia. Cukuplah Dunia berada ditangan kita tapi jangan sampai dihati kita. Seperti yang diterapkan Imam Syadzili diatas.( Meskipun sulit Guys, Imam Syadzili Terkenal Wali, Lha Kita??? Wali santri aja belum, hiks😢 keep optimis.)

Adalagi kisah menarik lainya dari Abu Hasan As-Syadzili, ketika itu salah satu santri dari kerabat beliau soan. Sesampainya dirumah Imam Syadzili, didalam hati sang santri itu beranggapan buruk, mana mungkin seorang ulama sufi yang terkenal ini hidup bergelimang harta? Santri tadi merasa gurunyalah yang notabene hidup miskin yang lebih pantas dianggap Ulama.

Namun setelah santri tadi menyampaikan salam dari gurunya kepada Imam Syadzili dan meminta Nasehat, Imam Syadzili berkata "Tolong sampaikan ke gurumu, kapan berhenti memikirkan dunia."

Sang santri lantas bingung, tidak faham dengan maksud dari perkataan Imam Syadzili, setelah kembali dan menyampaikan nasihat Imam Syadzili kepada gurunya, Kemudian gurunya berkata sambil menangis "Benar yang dikatakan oleh Imam Syazili bahwa meskipun ia banyak harta, tapi tidak sedikitpun hartanya menempel dan melekat di hatinya. Sedangkan saya yang dalam kondisi miskin, tapi masih memikirkan kapan memiliki harta". Sang murid pun akhirnya memahami maksud Imam Syadzili dan anggapan buruknya tadi keliru.

Apa yang kaum Milenial lakukan sebenarnya merupakan perkara mubah, berpakaain gaul, makan enak, dan memiliki kendaraan Wah (asalkan diperoleh dengan cara halal pula). Senada denga Dawuh Gus Baha, "melakukan perkara Yang menyenangkan tapi tidak maksiat itu sudah baik"

Yang terpenting tidak sampai cinta dunia secara berlebihan dan Kembali lagi hal ini sangat sulit kita lakukan. Kita masih saja 'sedikit' cinta dunia, buktinya? Ketika ada harta kita yang hilang, kemudian susahnya ndak karuan, hal itu termasuk masih cinta dunia. (Seperti yang baru saya rasakan Kemarin sewaktu HP Tiba-tiba rusak, Heheu galau ndadak, Pikiran ndak karuan)

Dalam melaksanakan perkara yang senang namun tidak haram, juga dianjurkan oleh ulama kita dulu, Syekh Zarnuji dalam ta'limnya beliau menganjurkan makan 21 Biji Anggur setiap harinya dan minum madu untuk Menguatkan hafalan. (kalau santri kek kita, Butuh berapa ratus ribu perbulan mah kirimanya🙃)

Sedangkan untuk membina keluarga yang Sejahtera, Syekh Zainudin Al-Malibari dalam fathul mu'inya mewajibkan kepada sang suami memberi Nafaqoh berupa makanan yang enak kepada sang istri (Otomatis kepada anak-anaknya pula lho yaaa, jangan emaknya aja yang dimanja🤗) setidaknya seminggu sekali.

Perkara diatas mempertegas, kesempatan kita kaum milenial untuk berperilaku hidup zuhud itu bisa-bisa saja, dan sangat Posible.

yang penting hati kita termenej dengan baik, dan syarat supaya hati kita baik adalah kurangi perbuatan Maksiat, (Rasan-rasan, nyinyir, julid, ninggal Sholat, ndelok seng ora-ora Dll.)

Tapi masa sekarang untuk tidak maksiat ini sulitnya luar biasa, kita membuka Medsos, halaman pertama saja yang muncul para (mohon maaf) kaum hawa Jingkrak-jingkrak, joget tak jelas main tik-t*kan.

Justru itu malah tantangan bagi Kita kaum milenial, kita menjadi hamba yang Zuhud, benar-benar Zuhud bebarengan dengan cobaan yang menerpa.

Bukan Zuhud karen faktor lingkungan, seperti Zuhud karena hidup di pegunungan, itu sudah hal biasa.

Intinya semua tergantung Hati kita, kita tidak bisa menyalahkan zaman, tidak boleh mengkambing hitamkan lingkungan, tinggal betapa kuat saja kita berusaha.

Sekian, salam hangat dari penulis yang masih berlumuran Dosa ini, semoga gerak-gerik, tindak-tanduk, post, komen, like dan segala ulah kita di Medsos terjaga dari perkara dosa, dan senantiasa mendapat Ridho-NYA.

------
EPILOG
Dari percakapan antara Kiai dan Sanri diatas, jangan sekali-kali kita su'udzon terhadap gaya hidup Kiai Masa Kini, yang kebanyakan sudah memiliki Fasiltas Wah dan Mewah.

Dibalik itu semua mengandung banyak sekali Hikmah, yang bisa kita pelajari.



“Tanah Kelahiran”

Di sinilah aku pertama kali melihat dunia. Tanah kelahiran yang sederhana namun penuh makna. Di bumi ini aku ditimang, dibesarkan, dan didid...