29/02/20

SEBUAH RENUNGAN POTRET KELAM PENDIDIKAN

SEBUAH RENUNGAN POTRET KELAM PENDIDIKAN


Sumber Gambar: hitamandbiru.blogspot.com

Hari Pendidikan Nasional yang selalu diperingati pada 2 Mei baru saja berlalu. Namun, apa yang kita lihat pada hari itu? tak banyak yang berubah, dari tahun ke tahun, potret pendidikan di negeri ini seolah tak menunjukkan kemajuan yang berarti. Tahun demi tahun terus berganti, namun fakta ‘miris’ masih saja banyak ditemui. Bahkan, tak perlu jauh-jauh hingga ke luar Jawa, di pulau Jawa yang menjadi “katanya” menjadi “jantung” pendidikan di negeri ini pun masih banyak kejadian yang memprihatinkan. Lihat saja, ketika sebagian anak-anak sekolah pergi menuntut ilmu dengan akses pendidikan yang relatif mudah, di sebagian yang lain kita masih menemukan sebuah “perjuangan” lain demi mengenyam pendidikan. Melintasi jembatan darurat, menyeberangi derasnya arus sungai, naik turun bukit menjadi sebuah pemandangan “miris” yang terjadi di negeri ini. Sebuah perjuangan anak negeri atas nama niat besar dan luhur demi cita-cita dan mimpi-mimpi besar mereka.

Di Lebak Banten misalnya, sebuah potret kecil buramnya pendidikan negeri ini bisa kita temui. Setiap hari mereka harus melewati seutas tali baja menantang derasnya arus, demi mengenyam pendidikan demi masa depan. Sedih, ketika anak-anak itu harus bertaruh nyawa demi berangkat ke sekolah. Dan yang semakin membuat prihatin adalah fakta jika hal ini bukan hanya terjadi di Lebak, Banten saja, tetapi ini terjadi juga di beberapa sudut negeri ini.

Sementara itu, hal memprihatinkan juga bisa kita temui ketika kita melihat banyak liputan di media massa tanah air yang menyuguhkan fakta sebagian anak-anak Indonesia masih harus belajar di sekolah yang yang kurang atau bahkan kurang layak. Banyak sekolah yang rusak dan nyaris roboh masih menjadi tempat belajar para siswa kita, tidak hanya itu, sebagian juga masih merasakan belajar ditempat-tempat darurat, entah itu di pengungsian, barak, kandang ternak, rumah warga, rumah/tempat ibadah dan tempat-tempat yang kurang layak lainnya menjadi catatan tersendiri dalam dunia pendidikan kita.

Sisi gelap pendidikan kita, bukan sebatas pada sarana prasarana pendidikan dan akses menuju pendidikan saja. Dalam hal sistem pendidikan pun juga selalu menjadi sorotan banya kalangan. Masih segar dalam ingatan kita, carut marut Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat dan SMP sederajat beberapa waktu lalu juga semakin menambah daftar hitam sistem pendidikan. Dalam hal pengajaran pun, di negara kita semua pelajar seolah dituntut untuk menguasai semua bidang atau mata pelajaran, tentunya dengan “nilai” sebagai ukurannya. Itulah mengapa saat ini pendidikan ditempuh hanya berorientasikan pada nilai akhir yang diperoleh bukan lagi berorientasi pada seberapa besar ilmu yang bisa didapat dan diterapkan.

Kian mahalnya biaya pendidikan saat ini, semakin menambah catatan hitam pendidikan. Ketika akses pendidikan bagi rakyat miskin semakin terpinggirkan oleh mahalnya biaya yang harus mereka keluarkan. Meskipun memang saat ini bantuan pendidikan bagi rakyat miskin dari pemerintah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, namun tetap saja belum berarti besar bagi pendidikan kita. Terlebih lagi ketika tuntutan hidup semakin mendesak mereka untuk lebih memilih mencari sesuap nasi dari pada bersekolah.

Selain itu, potret lain juga dapat menunjukkan tentang kesejahteraan sebagian tenaga pendidikan di Indonesia. Masih banyak guru-guru di Indonesia yang masih mendapatkan gaji minim dan jauh dibawah standar kebutuhan hidup layak. Dengan segala kebesaran hati, mereka masih berkenan memikul tugas mulia mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberantas kebodohan. Meskipun tidak memungkiri realitas bahwa mereka juga membutuhkan gaji yang layak agar juga bisa hidup dengan sejahtera.

Dan saya rasa ini hanyalah sekelumit potret buramnya pendidikan di negara kita, dan saya rasa masih banyak sisi-sisi gelap lainnya yang belum saya tuliskan di sini. Harapan saya, semoga dengan seiring bergulirnya waktu, pendidikan kita semakin mengalami kemajuan hingga cita-cita luhur “mencerdaskan kehidupan bangsa” bisa benar-benar terwujud di negeri kita tercinta. Aamiin...
                Maju terus Pendidikan Indonesia!

 “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani...” ~ Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)

Pentingnya Dunia Pendiidkan

Hasil gambar untuk pentingnya pendidikan


Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.


Seorang anak yang disayangi akan menyayangi keluarganya ,sehingga anak akan merasakan bahwa anak dibutuhkan dalam keluarga. Sebab merasa keluarga sebagai sumber kekuatan yang membangunya.Dengan demikian akan timbul suatu situasi yang saling membantu,saling menghargai,yang sangat mendukung perkembangan anak.Di dalam keluarga yang memberi kesempatan maksimum pertumbuhan,dan perkembangan adalah orang tua.Dalam lingkungan keluarga harga diri berkembang karena dihargai,diterima,dicintai,dan dihormati sebagai manusia .Itulah pentingnya mengapa kita menjadi orang yang terdidik di lingkungan

keluarga.Orang tua mengajarkan kepada kita mulai sejak kecil untuk menghargai orang lain.


Sedangkan di lingkungan sekolah yang menjadi pendidikan yang kedua dan apabila orang tua mempunyai cukup uang maka dapat melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi dan akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi kemudian menjadi seorang yang terdidik . Alangkah pentingnya pendidikan itu. Guru sebagai media pendidik memberikan ilmunya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Peranan guru sebagai pendidik merupakan peran memberi bantuan dan dorongan ,serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak dapat mempunyai rasa tanggung jawab dengan apa yang dia lakukan. Guru juga harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup untuk menarik minat anak .


Selain itu peranan lingkungan masyarakat juga penting bagi anak didik . Hal ini berarti memberikan gambaran tentang bagaimana kita hidup bermasyarakat.Dengan demikian bila kita berinteraksi dengan masyarakat maka mereka akan menilai kita,bahwa tahu mana orang yang terdidik,dan tidak terdidik. Di zaman Era Globalisasi diharapkan generasi muda bisa mengembangkan ilmu yang didapat sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Itulah pentingnya menjadi seorang yang terdidik baik di lingkungan Keluarga,Sekolah,dan Masyarakat.

26/02/20

Cerita SANTRI

Hasil gambar untuk cerita santri

“Dorr...dorrr...dorrr!!!” Suara gebrakan pintu menggelegar seantero asrama putra di waktu fajar. “Huammmm....masih ngantuk!” kataku sambil tetap tidur tanpa mempedulikan gebrakan sang mudabbir bagian ibadah yang ingin membangunkan a’do-a’donya. Mudabbir adalah pengurus yang mempunyai tugas masing-masing, kata-katanya diambil dari kata bahasa arab yang merupakan ism fail dari dabbaro-yudabbiru yang berarti pengurus, semua pengurus adalah yang di pilih dan di tugaskan oleh pesantren termasuk juga ketua kamar, wakil, ubudiyah dan yang lainya. A’do adalah sebutan untuk yang diurus, diambil dari kata bahasa arab yang artinya anggota, biasanya seluruh santri yang belum jadi pengurus.
Raut muka sang mudabbir mulai terlihat jengkel melihat para a’do belum ada yang bangun. “Astaghfirullah...QUMUUUU!!! QUMUUU!! Hattal Khomsah Wahid, Itsnani, Tsalata...¹ ” Bentakan dan hintungan mudabbir sontak menaikkan hormon adrenalinku dan kantukpun hilang, langsung tancap gas membuka lemari dan mengambil baju koko dan sarung. Sempat aku melihat semua a’do berubah menjadi seperti orang kantoran yang kesetanan mengejar bis. Grasak grusuk suara lemaripun langsung membahana. Akupun panik karena hitungan hampir mencapai hitungan ke-5.
“Khomsah!! Huna!!! La tajri! Qif amami kullun!! Ilham huna!!²” hitungan sudah mencapai hitungan ke-5 dan akupun diberhentikan oleh sang mudabbir. “Aaaah...sial!” kataku jengkel dalam hati. “Limadza antum la taqumu?? Aqimtun fissaa’ah al arbiah wal an?? Sayarunnul adzann....astaghfirullah!! Kholas! Ba’du la tuaid ka hadza marrotan ukhro! Al an irfa’ rijlakum!³” Kami semua diam oleh bentakan sang mudabbir yang benar-benar jengkel oleh keterlambatan kami. Semua menunduk dan menunggu giliran untuk dipukul kaki kami dengan rotan yang selalu dibawa pengurus waktu itu ketika subuh. “Cetar!” sabetan rotanpun membahana tapi aku sama sekali tidak merasakan sakit mungkin hanya suaranya saja yang mengerikan tapi ternyata hanya seperti tong kosong nyaring bunyinya.
Setelah mendapat sabetan tongkat yang menurutku seperti toya yang numpang lewat akupun berjalan bersama teman-teman yang lain. “Sakit gak?” tanyaku kepada Reza. “Nggak ah...sakit apaan kali? Hahaha” Jawab Reza meremehkan sabaten sang mudabbir. Reza teman sekamarku dulu yang berasal dari Bondowoso. Aku sendiri berasal dari Muara Enim Sumatera Selatan. Kamarku berisi  20 a’do dan 1  mudabbir ?(Ketua Kamar) yakni Miftahol Arifin. Dulu sebelum diganti dengan Ust Lutfi Alfian, kami berdua sekamar. Dan dulu kamar kami didominasi oleh anak-anak Madura yang emosinya cepat naik. Kami bertiga Aku, Reza, dan Diki adalah 3 orang diantara 17 orang yang berasal dari non Madura. Diki berasal dari Situbondo yang kemampuan  akan terlihat nanti. Diki pendiam sama sepertiku tapi tak sediam aku yang hanya bisa “mojok” di kamar.

Orang yang pertama kali “klop” denganku adalah Reza. Dia tipikal orang yang mudah bergaul dan mudah beradaptasi. Dia pernah membangunkanku di hari pertama untuk ngumpul bareng dengan yang lainnya dan menawarkanku nasi Bungkus. Tapi karena ketidak berdayaanku dalam beradaptasi akupun hanya bisa  diam memandang yang lain. Aku masih takut untuk berinteraksi dengan yang lainnya. Akupun menuju kamar mandi dan mengusap mukaku yang berantakan akibat tidur yang cukup lama. Keluar dari kamar mandi aku memandangi pepohonan yang tampak dari jendela samping kamar . “YA ALLAH...kenapa aku ada disini? Aku rindu teman-teman-Ku” air mataku mengalir membasahi pipiku sambil menatap kosong ke arah pepohonan. Aku usap air mataku dan  aku mencoba kembali bergabung dengan mereka. Tapi aku masih canggung dan akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke tempat aku biasa berbaring dan merebahkan diri sambil berusaha untuk tidur kembali dan memaksa mata untuk tertutup. Tapi sia-sia dan akhirnya akupun hanya bersandiwara sambil mendengarkan percakapan mereka.

Ada keceriaan yang kudengar dari obrolan mereka dan sepertinya mereka sudah dapat beradaptasi antara satu sama lain kecuali aku sendiri. Akupun tidur dan film-pun diputar di dalam dunia mimpiku. Aku melihat ibuku dan bapakku yang melambai-lambai sambil tersenyum dari kejauhan. Aku berusaha menggapai tangan ibuku tapi entah mengapa semakin aku berlari mereka semakin menjauh. Akupun tersungkur di tanah dan menangis. Akupun melihat teman-teman MA-ku menertawaiku. Ada Renal, Muttakin, Ardi, Hafiz. Semuanya menertawaiku dan menggandengku ke sebuah tempat. Akupun mengusap aIr mataku dan senyumpun menyembul di antara pipiku. “Ayo dan!! Kita kesana!” ajak Ayu sambil menggandeng tangan dan tersenyum diikuti teman-teman yang lain yang merangkulku dari belakang dan membangunkanku dari tanah. Aku bangun dan akupun tertawa riang bersama mereka menuju sebuah tempat. Tempat yang tidak asing bagiku, dimana ini? Setelah sampai di tempat itu teman-temanku meninggalkanku sambil melambaikan tangan “Jangan sedih! Kamu harus selalu tersenyum apapun keadaannya, Kami percaya kamu bisa dan! Allah akan selalu ada dalam hatimu!” kata-kata terakhir Ayu membuatku semakin sedih karena mereka meninggalkanku sendiri disini yang ternyata adalah Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur.
***
“Cetar!” sabetan sajadah Ketua kamar membangunkanku yang tertidur saat berdzikir. Sontak aku bangun dan berpura-pura untuk berdzikir. Temanku Reza menertawaiku yang melihat ekspresiku yang mirip ikan salmon mangap-mangap. “Apaan sih lo Za!” kataku sambil menyenggol pundaknya. “Hehehehe...ekpresi muka lo kacak dan” Reza masih menertawaiku. Aku melihat ke sekeliling ada Gulam yang walaupun sudah beberapa kali disabet dengan sajadah tapi tetap saja tak menggoyahkan alunan disko dalam mimpinya. Dan masih banyak lagi yang berdisko di subuh ini. Yah~ inilah santri. Subuh sudah biasa menjadi ajang pencarian bakat disko dalam mimpi.

Akhirnya dzikir selesai. “Al an iftahu quranakum assofhah al ula minas suroh al Munjiyat! Aqimuu ashabakum wa la tanamu..¹” Ust Alwi Husaini, mudabbir bagian Ubudiyahpun melantunkan ayat suci alquran surat al Munjiyat ayat 1 dan juga seluruh santri  kecuali  yang duduk di belakang dan nyaman tidur sambil beradu disko. “hmmm..enak banget jadi mudabbir. Kerjaannya nyuruh doank tapi gak ngelakuin, huh” protesku dalam hati ketika melihat mereka adu disko di belakang.

Selesai membaca al quran kamipun menuju asrama dan berlari menuju kamar masing-masing untuk menaruh sajadah dan peci sekaligus mengambil buku mufrodat dan kamus bahasa arab. “Hattal khomsah...wahid! itsnani! Tsalatsa!...” teriak Ust. Wahyudi, mudabbir bagian bahasa. “Zzzzztt..baru juga nyampe udah diitungin lagi aja” protesku dalam hati sambil buru-buru mencari kamus. “Ini kamus manaaa lagi? Et dah ya..” aku panik dan akhirnya mengambil kamus nganggur di samping lemari. Akupun langsung reflek mengambil kamus di samping dan bergegas keluar kamar dan berkumpul di depan asrama sambil duduk beralaskan sandal. “Khommm....khomsah! Sinal huna!” kata Ust. Wahyudi menunjuk Sinal yang dari tadi kebingungan mencari kamus. “Na’am akh...¹” pasrah Sinal sambil berjalan lemas keluar kamar. “Limadza ente?²” tanya Ust. Wahyudi kepada sinal. “Ehmm..anu Ust, eh al akh...qomusi...ehhh do’ats³” kata Sinal yang masih terbata-bata dalam mengucapkan kalimat bahasa arab. “Do’ats? Aina tado’? Man ya’khudz qomus liSinal?¹¹” tanya Ust. Wahyudi kepada kami semua. “Eh, kyakanya ini kamusnya Sinal deh” Kubuka kamus yang tadi kuambil dan ternyata benar dugaanku ada tulisan ‘SINAL SHOBI’. “Waduh mampus gue!” antara galau bilang apa nggak, aku memilih diam. “La ahad man ya’khudz? Toyyib Sinal..huna rijlaka!¹²” Ust. Wahyudi bersiap-siap memukul Sinal dengan Tasbih “Ba’du akh...ana akh man ya’hudz afwann...¹³” akupun akhirnya mengaku sambil menunduk dan pukulan tasbihpun mendarat ke kakiku. Akupun meminta maaf ke Sinal dan berjabat tangan “maafin gue ya Sinal” “iye dan..gapapa makasih juga gue jadi kaga disabet sama Ust. Wahyudi.hehehe” kamipun tertawa bersama.

Setelah pembagian 2 kosa kata yang benar-benar membosankan kamipun kembali ke kamar dan mengantri untuk mandi mempersiapkan ke sekolah. Akulah yang pertama mendapat giliran karena ada hajat yang harus dibuang juga di kamar mandi. Aku mandi sendiri, entah yang lain. Mereka biasanya berkelompok, ada yang 2 orang, 3 orang, bahkan pernah sampai 6 orang dalam satu kamar mandi. Untunglah aku selalu mandi sendiri karena paling pertama masuk, berbeda dengan yang lain yang terbiasa tidur sehabis ilqo mufrodat.
Selesai mandi aku memakai baju putih, Sarung dan songkok nasional . Tidak seperti anak yang lain yang biasanya identik dengan songkok putih. Di pesantren ini setiap lembaga memiliki seragam yang berbeda, baik MI, MTs, Aliyah dan kebetulan saya di madrasah Ta'hiliyah Ibrahimy yang pakaianya sesui aturan lembaga. Jumat di pondok pesantren serasa bagai surga bagi anak pondok karena hari inilah kami libur dan melakukan apapun yang kami mau selagi tak melanggar aturan.

Aku bergegas menuju warung nasi dan membeli nasi yang langsung sekaligus untuk 3 orang, Aku, Reza, dan Diki. Ya! Kami bertiga adalah kelompok non Madura. Munir sudah pindah kamar ke kamar A.7 digantikan oleh Adi ditambah dengan Agim yang baru Masuk ke pondok ini kemarin. Adi dan Agim berasal dari Bondowoso yang jarak dari pondok ke rumahnya tak begitu jauh. Kami selalu makan   gorengan bersama yang bayarnya bergiliran. Kami biasanya makan pagi-pagi selesai kegiatan sebelum berangkat sekolah, terkadang juga waktu istirahat.
***
Aku duduk bersama Andika di bangku depan meja guru dan sekarang di MTI aku sudah kelas 4B. Lokasi yang benar-benar strategis menurutku karena jarang ditanya dan diperhatikan oleh ustad kami. Andika berasal dari Lombok luar jawa dan dia pernah ‘mondok’ di Al-Mannan Lombok, dekat dengan Bali. Di belakang kami ada Efendi berasal daru Pulau Ra'as, dan Iskandar yang berasal dari Sulawesi. Andika kalau berbicara selalu terbata-bata entahlah tapi itulah kekhasannya yang membuat kami sering tertawa meledeknya.

Hari ini kelas diisi oleh pelajaran bahasa arab semua. Alhasil wali kelas kami, Ustad Imron tak pernah bosan bertanya “Bosen gak anak-anak? Hehe” wali kelas kami tergolong ramah dan pengertian dengan keadaan kami yang sebagian besar berasal dari Sekolah Umum. Andika dan Efendi berasal dari pondok jadi jangan heran kalau mereka sering jadi anak ‘andalan’ oleh Ustad Imron karena memang harus diakui bahasa arab mereka berdua lebih jago dibanding yang lain. Lain denganku yang benar-benar buta dengan bahasa arab. Untunglah aku duduk bersama Andika karena aku bisa bertanya banyak kepadanya khususnya mengenai pelajaran bahasa arab.
***
Becandaan Andika kali ini sedikit membuatku kesal di sela-sela pergantian jam. Aku sedang asyik membaca buku, dia malah menginjak kakiku dengan sengaja dan tertawa. Jelas saja aku marah dan ‘ngambek’. “Yaelah dan..becanda doank..hehee” rayu Andika mencoba menghilangkan kebosananku. “Ah bodo! Ana ke belakang aja. Efendi tukeran ama ana ya, ana lagi males ama Andika” akupun menukar posisi dengan Efendi di bangku paling belakang bersama Iskandar.

Awalnya Aku dan Iskandar masih diam. Akunya masih ‘bete’ dengan Andika, Inskandarnnya juga  memang pendiam. Dan saat jam ke-2 barulah kami berinteraksi “Ente darimana ndar?” kataku membuka percakapan. “Sulawesi, ente Sulawesi juga kan? Dimananya?” “Bukan ndar, saya dari Sumatera Selatan, ?”Wah jauh banget ham.'' “kamu juga jauh kok,jadi kita sama-sama perantau,” Dan kamipun mulai akrab sejak perkenalan kami waktu itu.
***
Hari-hari berlalu di kelas 4B ini, aku memutuskan untuk tetap duduk bersama Inskandar karena ‘asyik’ aja kalo duduk bersama Iskandar. Dia selalu membuat becandaan yang tidak terkesan ‘garing’ seperti Andika walaupun aku dengan Andika sudah baikan alias ‘gak marahan’ lagi. Jujur saja aku nyaman kalau duduk bersama Iskandar karena dia setiap hari bercerita. Ada saja cerita yang akan dia ceritakan. Entah itu tentang Daerahnya, pacarnya, kamarnya, hingga masa lalunya yang kelampun dia ceritakan kepadaku. Aku merasa enak aja mendengarkan dia bercerita dengan begitu antusias dan aku hanya bisa berkata “oh?” atau “terus?”. Karena memang aku masih belum bisa mengobrol bebas apalagi membuat becandaan yang membuat satu kelas tertawa seperti Mulyadi, maskot kelas kami yang selalu membuat kami tertawa terbahak-bahak.

Ada suatu kedekatan hati antara Aku dengan Iskandar. Mungkin karena dia sering ‘curhat’ masalahnya kepadaku walaupun terkadang aku tidak bisa memberikan solusi tapi setidaknya bisa membuat dia lega mencurahkan isi hatinya. Dan berkat dia juga aku bisa tertawa lepas dan mencurahkan isi hatiku kepadanya. Setidaknya rasa ‘kangen’ku terhadap rumah bisa hilang olehnya. Dia juga termasuk orang yang memiliki motivasi yang kuat dalam hatinya. Dia selalu terinspirasi oleh lagu-lagu Bondan Fade2black dan J-rock, dua band yang menjadi favorit dia. Sesekali dia menyanyikan lagu Bondan yang berjudul ‘Ya Sudahlah’ dan J-rock yang berjudul ‘Ceria’. Setidaknya dapat menghibur hatiku yang hampa oleh keceriaan. Dan ada lagi yang membuatku tertawa dan heran karena mukanya yang pendiam sangat kontradiktif dengan ekspresinya ketika dia ‘ngocak’. Benar-benar tidak disangka ternyata orang sediam Iskandar dapat menampakkan ekspresi ‘konyol’ kepadaku.
***
Hingga akhirnya aku mengenal cinta, aku jatuh cinta kepada akhwat yang berada di kelas 4C. Satu yang membuat tertarik adalah dia pernah ‘naik panggung’, istilah yang dipakai oleh santri ketika ada santri lain yang ranking 1, 2 dan 3 naik ke panggung dan mendapat piala dari direktur pengajaran walaupun saya tidak menyaksikan langsung, hanya lewat majalah. Aku butuh seseorang yang dapat memacu motivasiku di lingkungan pondok yang gersang ini. Maka Iskandarpun menjadi sesuatu yang selalu memberikan tips-tips dalam berhubungan dengan akhwat.

Iskandar walaupun pendiam tapi dia pernah memperlihatkan surat ‘akhwat’nya yang satu kelas dengan kami tapi beda tempat. Jujur saya kaget tapi saat dia menjelaskan kalau dia ‘begini’ karna dia butuh motivasi. Dari situlah sebenarnya niatan saya untuk ‘mencari’ seseorang yang dapat memotivasi saya. Iskandar selain bagi saya sahabat terbaik, dia juga sudah saya anggap dokter cinta bagi saya yang terkadang butuh ‘vitamin’ dari dokter yang satu ini. Satu pesan yang selalu saya ingat darinya adalah

أحبب حبيبك هونا ما عسى أن يكون بغيضك يوما ما وأبغضك هونا ما عسى أن يكون حبيبك يوما ما.
Dikutip dari hadits rasulullah yang artinya : “Cintailah orang yang kamu cintai sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan, bencilah orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai.”

Tapi apalah arti sebuah nasehat jika seseorang sudah dibutakan oleh sesuatu yang dinamakan cinta. Inilah rasanya jatuh cinta, tak ada yang tahu rasanya cinta sebelum dia sendiri yang merasakannya. Dan akupun dibuai oleh cinta. Aku semakin tenggelam bersama alunan cerita cinta yang diciptakan kami berdua. Ilham dan Syifa yang mana kami menamai diri kami masing-masing dengan Belalang dan Capung. Entah darimana asalnya aku menyebut dia Capung dan dia menyebutku Belalang.

Akupun semakin cinta dengan ‘capung’ dan Iskandarpun semakin terlupakan. Iskandar sekarang hanya menjadi tempat bersandarku ketika aku sedih tidak mendapat balasan dari Syifa, selebihnya aku menjadi jarang mengobrol dengan dia karena sibuk dengan balasan surat dari Syifa yang terkadang aku balas ketika pelajaran berlangsung. Mungkin Iskandar memaklumiku tapi dia tak pernah lelah menasihatiku untuk tidak terlalu mencintainya takut pas dia gak ada kita malah membencinya. Ah nasehat hanya nasehat, masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
***
Hingga suatu hari aku dan Iskandar ‘cekcok’ adu mulut karena dia membuang pemberian Syifa kepadaku. Jelas saja aku marah karena itu adalah sesuatu yang datangnya dari orang spesial. “Maksud lo apaan Ndar buang-buang punya Syifa?!” bentakku kepadanya. “Lo ngapain lebay banget ama cewek? Udah lah dan...jangan terlalu over ama cewe. Biasa aja... Gw takut lo nyesel nanti” Jawab Iskandar dengan nada yang agak merendah.

Kamipun hanya bisa diam satu sama lain setelah kejadian itu. Aku merasa untuk apa aku berbicara dengan orang yang sok menggurui itu.

Tak biasanya kami sediam ini dan menyimak pelajaran dengan serius. Biasanya kami selalu mengobrol ketika pelajaran yang kami anggap membosankan, verypun biasanya selalu membawa cerita ketika masuk kelas. Tapi kali ini hampa tanpa cerita dan senyuman. Aku sebenarnya sadar dengan ketidaknyamanan ini tapi mau bagaimana lagi, ego kami sungguh besar hingga mengalahkan ketidaknyamanan ini.

Akupun menghibur diri dengan menulis surat kepada Syifa, dia memberi masukan untuk segera meminta maaf tapi aku menolak karena aku berpikir untuk apa aku meminta maaf? Harusnya dia yang minta maaf!
***
Keesokan harinya masih dengan ekspresi yang sama kami diam sepanjang perjalanan. “Ya allah..Bete banget nih!” tak ada cerita, tak ada canda dan tawa. Pelajaran ke-2 kosong. “Masyallah makin bete aja nih..” kataku dalam hati sambil menekan meja dengan pulpen. Sunyi dan akupun akhirnya menulis surat untuk sang kekasih.

Saat aku menulis aku merasakan getaran di meja seperti ada orang yang sengaja menggetarkannya. Aku tengok raut muka Iskandar. Dia seperti menahan tawa. Akupun melanjutkan tulisanku di atas kertas. Tapi sekali lagi tulisankun tercoret lagi. “Ih ni orang rese banget dah..” kataku dalam hati. Aku tatap muka Iskandar dengan wajah marah. Dia tetap seperti menahan tawa. Aku lanjutkan dan kali ini masih bergetar. Aku tarik hidungnya yang macung dengan jari teluntuk dan jari tengahku. “Aduh sakit tau...hehehe” kata Iskandar sambil cengengesan. Akupun menjabat tangannya dan berkata “Maafin gue ye Ndar. Gue emang lebay.hehehe Makasih sahabatku yang baik hatinya dan rajin menabung di wc.hehehe”. Iskandar sewot “Wuuuu....siapa juga yang nganggep lo sahabat ye..? kepedean lo! Hahaha” verypun memukul pundakku tanda kemerdekaan kami berdua dari ‘penjajahan’ ini.

Aku sadar bahwa sahabat begitu berarti dan berharga. Lebih berharga dari siapapun setelah Allah dan orang tua. Sahabat lebih mengerti keadaan kita daripada teman-teman yang lain karena dengannya lah kita berbagi kesedihan dan berbagi canda dan tawa. Oh sahabat~ terima kasih selalu setia memperingatiku untuk selalu berada di jalan yang benar. Semoga Allah mempertemukan kita di surga nanti.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :إن من عباد الله عبادا ليسوا بأنبياء، يغبطهم الأنبياء والشهداء، قيل: من هم لعلنا نحبهم؟ قال: هم قوم تحابوا بنور الله من غير أرحام ولا أنساب، وجو ههم نور على منا بر من نور، لا يخافون إذا خاف الناس، ولا يحزنون إذا حزن الناس، ثم قرأ:ألا إن أوليـاء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون۝.

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada yang bukan Nabi, tetapi para Nabi dan Syuhada merasa cemburu terhadap mereka. Ditanyakan : “Siapakah mereka? Semoga kami dapat mencintai mereka. Nabinya menjawab : “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena cahaya Allah tanpa ada hubungan keluarga dan nasab di antara mereka. Wajah-wajah mereka tidak taku di saat manusia takut dan mereka tidak bersedih di saat manusia bersedih. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam membacakan ayat : “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS. Yunus : 62). (16)
#Oleh : Ilham Akbar Pratama Wijaya

24/02/20

Generasi Muda Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045

  1. Latar Belakang
Indonesia akan menyentuh umur 100 tahun pada 2045 mendatang. Tahun 2045 disebut sebagai jendela demografi (window of demography) yakni fase dimana jumlah usia produktif (usia 15-64 tahun) lebih besar dibanding jumlah penduduk yang tidak produktif (di bawah 14 tahun atau di atas 65 tahun). Pada tahun 2020-2045, diprediksi bahwa angka penduduk usia produktif dapat mencapai 70%, sedangkan 30%-nya merupakan penduduk dengan usia yang tidak produktif. Hal ini dapat berdampak pada dua kemungkinan, yaitu bonus demografi atau kutukan demografi. Bonus demografi dapat tercapai jika kualitas sumber daya manusia di Indonesia memiliki kualitas yang mumpuni sehingga akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi negara. Sebaliknya, kutukan demografi akan terjadi jika jumlah penduduk yang berada pada usia produktif ini justru tidak memiliki kualitas yang baik sehingga menghasilkan pengangguran massal dan menjadi beban negara.
Indonesia Emas 2045 telah menjadi impian besar untuk membentuk Indonesia yang mampu bersaing dengan bangsa lain serta dapat menyelesaikan masalah-masalah yang mendasar di Tanah Air kita, seperti isu korupsi dan kemiskinan. Kunci untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 berada pada kualitas sumber daya manusianya, terutama pemuda. Pada 30 tahun mendatang, pemuda yang kali ini masih menduduki bangku sekolah akan menjadi garda terdepan perkembangan bangsa ini, baik itu sebagai pemangku jabatan atau bukan. Oleh karena itu, generasi pemuda harus menaikkan nilai sumber daya manusianya sehingga dapat menghasilkan kader terbaik bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur. 
Berdasarkan riwayat perjuangan bangsa Indonesia, pemuda menjadi salah satu pionir dalam proses perjuangan, pembaharuan, dan pembangunan bangsa. Lahirnya pergerakan Budi Utomo pada tahun 1908 merupakan tombak dari kebangkitan nasional karena Budi Utomo merupakan awal kesadaran masyarakat Indonesia untuk menghapus perjuangan yang bersifat kedaerahan dan mulai bergerak bersama sebagai rakyat Indonesia. Pada tanggal 27-28 Oktober 1928, Soegondo membacakan pidato sumpah pemuda untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.  Tak hanya itu, pada tahun 1998, pergerakan mahasiswa mampu meruntuhkan kekuasaan orde baru selama 32 tahun sehingga berhasil membawa bangsa ini pada periode reformasi. Ketiga hal tersebut menjadi bukti bahwa pemuda dapat menjadi sosok yang mampu menginspirasi dan mengiringi proses transisi yang terjadi.
  • Pengertian Indonesia Emas
Indonesia emas adalah sebuah kondisi saat negara Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan bangsa lain serta dapat menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan seperti korupsi dan kemiskinan. Indonesia emas diproyeksikan pada 100 tahun kemerdekaan negara Indonesia pada tahun 2045. Sumber daya manusia Indonesia merupakan salah satu faktor penting untuk mewujudkan negara Indonesia yang adil dan makmur. Kualitas sumber daya manusia tersebut dapat dilihat melalui kualitas generasi penerus bangsa Indonesia. Pemuda berperan sebagai generasi penerus bangsa yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa dan mengambil keputusan-keputusan terkait dengan kemajuan negara Indonesia.
  • Tantangan Indonesia Emas
Tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam merealisasikan Indonesia Emas 2045 adalah:
Moral dan Karakter Bangsa Indonesia
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat memungkinkan terjadinya pertukaran informasi tanpa batasan ruang dan waktu. Pertukaran informasi dapat berupa pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan lain-lain. Hal itu dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap perkembangan bangsa Indonesia. Contoh pengaruh positif yang diberikan adalah kemajuan dalam bidang teknologi serta informasi dan ilmu pengetahuan dapat dengan mudah didapatkan. Tetapi, permasalahan yang terjadi adalah tidak semua informasi dari dunia luar tersebut cocok dengan karakter bangsa Indonesia. Pertukaran informasi juga memungkinkan terjadinya pertukaran budaya dari dunia luar dengan budaya Indonesia. Budaya tersebut dapat bersifat membangun atau merusak moral dan karakter bangsa Indonesia. Apabila budaya tersebut rusak, maka identitas sebagai bangsa Indonesia akan hilang dan tergantikan oleh budaya luar.
Sumber Daya Manusia dan Bonus Demografi Indonesia
Bonus demografi yang beriringan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia tentunya akan memberikan kemajuan terhadap bangsa Indonesia dalam merealisasikan Indonesia Emas 2045. Pemuda saat ini akan menjadi garda terdepan dalam pembangunan nasional. Keberhasilan bangsa Indonesia di masa mendatang ditentukan oleh kualitas sumber daya pemuda Indonesia yang mempunyai moral dan karakter sebagai bangsa Indonesia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut bergantung salah satunya kepada sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya berfokus kepada ilmu pengetahuan. Pendidikan moral juga diperlukan agar sumber daya manusia yang dihasilkan tidak hanya mampu bersaing, tetapi juga memiliki etika.
  1. Strategi Mengatasi Tantangan
Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter setiap individu. Perbedaan antara orang -- orang yang menerima pendidikan dengan orang -- orang yang tidak pernah mengenal pendidikan sangat terlihat dengan jelas. Orang yang terdidik akan mengetahui bagaimana cara bersikap dalam masyarakat, bagaimana menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan, dan memiliki pola pikir yang luas, kritis, serta logis. Selain itu, pendidikan juga bisa menjadi wadah utama untuk menghasilkan sumber daya manusia yang diharapkan dapat berkontribusi dalam pembangunan negara.
Pemuda Indonesia merupakan generasi penerus bangsa Indonesia. Pemuda merupakan aset masa depan Indonesia. Sudah sepatutnya sebagai pemuda memberikan inovasi dan kontribusi untuk memajukan bangsa. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang dapat menangani berbagai permasalahan di negara ini salah satunya di ranah pendidikan. Strategi yang dapat dilakukan oleh pemuda masa kini untuk memajukan pendidikan Indonesia untuk menyongsong Indonesia Emas 2045 antara lain:
Menyiapkan fasilitas tempat untuk belajar membaca guna mengurangi jumlah buta aksara dan meningkatkan minat membaca. Seperti yang kita ketahui, minat membaca anak-anak Indonesia masih sangat minim. Terdapat hubungan antara minimnya minat membaca dengan terbatasnya perpustakaan. Sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan jumlah perpustakaan baik dengan diadakannya perpustakaan keliling, taman membaca, maupun pembangunan perpustakaan di berbagai sekolah. Cara ini diyakini dapat mengurangi angka buta huruf, meningkatkan minat membaca anak dan juga meningkatkan kemampuan secara verbal yang nantinya dapat mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia.
Membentuk mentoring keagamaan yang dapat mencetak peserta didik yang beretika dan berbudaya. Kegiatan bullying yang marak terjadi cukup mengkhawatirkan karena dapat mempengaruhi kesehatan mental bahkan fisik. Hal ini harus segera diatasi agar moral anak -- anak Indonesia dapat menjadi lebih baik lagi. Kontribusi pemuda yaitu menjalankan mentoring keagamaan baik terjun langsung ke sekolah maupun di luar sekolah. Program kerja yang dapat dilakukan yaitu kajian kitab suci, sharing problematika kehidupan, bakti sosial, dll. Dengan begini masalah bullying yang terjadi dapat teratasi dengan baik.
Membentuk jiwa kewirausahaan melalui program kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan melatih seseorang untuk berpikir optimis, kreatif, ulet dan pantang menyerah, berani mengambil resiko, dan berjiwa kepemimpinan. Kontribusi pemuda yaitu menggerakkan para wirausahawan untuk berbagi pengalaman dan keterampilan kepada siswa/i. Pemuda juga dapat berkontribusi memberikan wawasan mengenai bagaimana cara berwirausaha, bekerja sama dalam tim, marketing, dan cara mengatur keuangan. Cara ini diyakini dapat mencetak generasi muda yang berjiwa kewirausahaan yang nantinya dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
  1. Aspek Ketercapaian
Terdapat beberapa aspek yang harus dicapai untuk menjadi Indonesia Emas 2045 yang dituangkan dalam sebuah visi, yaitu "Indonesia sebagai Mega Tren Dunia". Visi Indonesia Emas 2045 ini disokong oleh empat buah misi sebagai bentuk realisasinya, yaitu:
  • Pembangunan Sumber Daya Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
  • Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
  • Pemerataan Pembangunan
  • Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Pemerintahan
Pembangunan Sumber Daya Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai misi nomor satu merupakan kebutuhan dasar untuk menjalankan misi-misi selanjutnya. Misi ini memiliki beberapa aspek ketercapaian dengan rincian sebagai berikut:
  • Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar pengembangan sumber daya manusia, untuk itu terdapat beberapa standar yang harus dicapai dalam proses mempercepat peningkatan taraf pendidikan, yaitu:
Meningkatnya lama sekolah menjadi 12 tahun
APK pendidikan tinggi ditingkatkan hingga mencapai 60%
Porsi tenaga kerja lulusan pendidikan menengah keatas sebesar 90%
Meningkatnya proporsi lulusan profesional dalam bidang ilmu teknik
Meningkatnya pendidikan vokasi berorientasi demand-driven
Selain peningkatan pendidikan pada kebutuhan dasar tersebut, perhatian besar perlu diberikan pada bidang keilmuan keteknikan, hal ini merupakan dasar dalam perkembangan pada aspek teknologi
  • Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi terbaik Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh proses pembelajaran pada perguruan tingginya dan industri, hubungan kerjasama yang baik antara pemerintahan terhadap perguruan tinggi dan industri dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
Penelitian yang dihasilkan dapat diaplikasikan untuk pengembangan bangsa
Perguruan tinggi responsif terhadap kebutuhan ekonomi
Pemberian insentif bagi universitas dan industri untuk mendorong kegiatan R&D
  • Kesehatan
Kualitas sumber daya manusia yang baik hendaknya dibangun dengan peningkatan derajat kehidupan masyarakat mencakup usia harapan hidup, kualitas hidup, dan sistem kesehatan yang baik. Hal ini dapat dicapai dengan beberapa mekanisme peningkatan pelayanan kesehatan, yaitu:
Akselerasi penyelesaian permasalahan gizi
Mengakhiri kasus baru HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria
Akses fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas dan merata
Sistem pelayanan kesehatan penduduk usia lanjut berkualitas
Perilaku hidup sehat di masyarakat menjadi budaya
  • Kebudayaan
Budaya merupakan suatu aspek identitas bangsa yang perlu dilestarikan, tidak hanya dalam bidang seni melainkan juga meliputi karakter pribadi bangsa. Upaya dasar dalam merealisasikannya adalah dengan memantapkan budaya dan karakter bangsa melalui pengembangan nilai-nilai luhur budaya bangsa, serta penyerapan nilai baru yang positif dan produktif. Disamping itu, perlu juga diwujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, beradab, dan berfalsafah pancasila.

  1. Generasi Emas dan Cara untuk MembentuknyaMenurut Kopeuw (2015) ada dua pengertian tentang Generasi Emas. Pertama, generasi emas berkaitan dengan bagaimana keadaan generasi Indonesia ketika berusia 100 tahun merdeka, dan yang kedua adalah generasi emas dalam penjabaran kata "EMAS". Sebagai bangsa yang besar dengan modalitas yang sangat luar biasa; baik sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya kultural, maupun sumber daya lainnya; sudah saatnya dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dan strategis. Pendidikan mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan di masa depan melalui pembentukan dan pendewasaan pengembangan kepribadian agar menjadi insan Indonesia yang berkarakter yakni insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki karakter yang beradab. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang tidak akan mengalami balikan dalam 1 sampai 2 tahun, melainkan belasan tahun.
Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama kebudayaan, hukum dan konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah yang meliputi: pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai; baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Karakter di generasi 2045 dibangun seluruh komponen intelektual, mulai dari:
  • Kecerdasan Intelektual, yaitu kecepatan dan ketepatan aktivitas kognitif dalam memahami, menyelesaikan berbagai masalah, tantangan, dan tugas-tugas.
  • Kecerdasan Emosional, yaitu potensi kemampuan personal dan interpersonal seperti kemampuan untuk mengendalikan emosi dalam diri dan mampu berempati terhadap sesamanya.
  • Kecerdasan Spiritual, yaitu merujuk pada sifat-sifat mulia dan nilai-nilai kemanusiaan, kecerdasan yang berhubungan dengan masalah makna dan nilai. Kecerdasan spiritual memposisikan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas

  1. Simpulan
Indonesia Emas 2045 merupakan sebuah kondisi saat negara Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan bangsa lain serta dapat menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan seperti korupsi dan kemiskinan. Tantangan yang harus dihadapi bangsa ini guna mencapai Indonesia Emas 2045 adalah kualitas SDM, moral dan karakter bangsa. Ketiga hal tersebut dapat ditanggulangi dengan memperkuat landasan pendidikan berupa pendidikan formal dan pendidikan karakter, serta pembentukan jiwa kewirausahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Triyono. (2016). Menyiapkan Generasi Emas. Klaten: Unwidha.
Kopeuw, Pilipus M. (2015). Mimpi Memiliki Generasi Emas Sentani. Jakarta: tp.
Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappenas. (2017). Visi Indonesia 2045. Jakarta: Universitas Indonesia.

23/02/20

PENDIDIKAN BERBASIS TEKNOLOGI

Oleh: Ilham Akbar
Hasil gambar untuk contoh pendidikan berbasis teknologi
Perkembangan ilmu pengetahan dan teknologi semakin hari semakin pesat. Perkembangan ini dapat mengubah cara berpikir manusia, dari pemikiran tradisional kepada pemikiran modern yang cenderung selalu mengikuti perkembangan zaman.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini ternyata tidak sebatas mengubah cara berpikir manusia. Akan tetapi sudah mulai masuk ke seluruh aspek dan segi kehidupan, mulai aspek politik, ekonomi hingga aspek pendidikan yang merupakan tombak perjuangan bangsa ke depan.
Pendidikan yang dulu dikembangkan menggunakan metode-metode dan media tradisional, kini tak lagi relevan dengan perkembngan zaman. Pendidikan sudah dituntut harus mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Jika tidak, akan berakibat pada kebuntuan perkebangan anak didiknya.
Misalnya, pembelajaran yang dilakuakan dengan media papan tulis, sekarang kayaknya tak lagi cocok untuk era modern yang serba canggih ini. Walaupun masih ada yang tetap menggunakan media ini. Karena di era modern ini sudah ada yang lebih canggih dan lebih fleksibel dari itu, yaitu dengan menggunakan LCD proyektor.
Dengan menggunakan media ini guru dan murid tidak lagi capek-capek menulis. Cukup persiapan di rumah dengan membuat power point. Dan murid di kelas tak harus menulis, akan tetapi cukup dengan mengcopy file yang sudah dibuat oleh guru.
Pembelajaran dengan media ini lebih fleksibel dibanding dengan papan tulis. Kelebihannya adalah guru sebelum belajar harus mempersiapkan terlebih dahulu di rumah, jadi peguasaan guru terhadap materi lebih mantap. Selain itu, murid di dalam kelas cukup mendengar dan memperhatikan serta mendiskusikan materi yang sudah dibuat oleh guru. Murid tak harus disibukkan dengan menulis yang dapat mengganggu konsentrasinya.
Namun, sangat disayangkan sekali kesadaran para pengasuh lembaga sangat kurang sadar akan efektivitas pembelajaran seperti ini. Mungkin penyebabnya adalah keterbatasan biaya atau ada biaya tapi ada kendala pada tenaga pengajar atau guru yang masih gaptek (gagap teknologi).
Dua kendala di atas harus segera mendapatkan solusi, sehingga pendidikan di Indoneisia bisa berkembang dan tidak menjadi Negara terbelakang khususnya dalam pendidikan. Misalnya, dengan menigkatkan anggaran pendidikan supaya bisa memenuhi kebutuhan media yang berbasis teknologi di dalam lembaga. Adapun untuk mengatasi ketidakmampuan tenaga pengajar terahadap teknologi perlu diatasi dengan mengadakan pelatihan-pelatihan atau penyuluhan tentang pembelajaran yang berbasis IT.

*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo

22/02/20

7 Alasan Kamu Harus Masuk Pesantren.

 7 Alasan Kamu Harus Masuk Pesantren.

1. Membuat orangtua merasa aman

Mulyadi, santriwan di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo, menjelaskan alasan mengapa dirinya begitu betah menimba ilmu di pesantren. Hingga 4 tahun belum pernah pulang ke kampung halaman karena begitu betahnya di pesantren.
“Kenapa milih pesantren, pada awalnya saya masuk pesantren karena diminta orang tua. Mungkin karena kekhawatiran orang tua ya. Dan setelah saya tinggal di pesantren, saya benar-benar bersyukur, akhirnya saya menemukan alasan orang tua. Ternyata karena keadaan zaman, di mana sekarang banyak siswa-siswa yang tidak pesantren akhlaknya kurang bisa dijaga, bahkan kepada orang tua sombong, tidak adda sopan santun, suka membentak,” ujar Mulyadi kepada kami di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo, Jum'at (21/3).

mempersiapkan diri untuk menjadi ibu yang baik serta paham agama bagi anak-anaknya di masa depan kelak. Pernyataan tersebut selaras dengan hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi ‘Ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya’.

“Orang tua gak memaksa, pertimbangan saya sendiri ya (masuk pesantren). Cuma saya lebih mikir ke jenjang masa depan, ibu itu kan madrasah pertama bagi anaknya. Dan saya pun di sini mikir supaya masa depan bisa mengajari generasi Islam lainnya. Bagaimana kita bisa mendidik kalau tidak ada pernah dididik secara Islami sama sekali,” tutur santriwati P2S3.

3. Merasakan hangatnya kebersamaan hidup bersama teman-teman


Adapun pengalaman berbeda turut dirasakan oleh Yusril Haza Mahendra, santriwan di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo . Awalnya, Yusril sama sekali tidak memiliki bayangan bagaimana rasanya tinggal di pesantren. Disebabkan keinginan orang tua untuk menyekolahkannya di pesantren, akhirnya pemuda asal Sumatera ini mengalah.
“Awalnya setelah lulus MA saya ingin sekolah pada umumnya. Tapi emang dari desakan orang tua tersendiri, ya saya mengalah. Dan akhirnya masuk pondok. Awalnya saya tidak tahu pondok pesantren seperti sekarang yang saya rasakan, tidur bareng, mandi ngantri, makan ngantri, tapi ya saya jalani. Awalnya gak betah, ke sini-sininya Alhamdulilah betah, sekarang sudah 2 tahun di pondok ini, ,” papar Yusril tatkala dirinya usai melaksanakan ibadah salat zuhur.  



4. Mempersiapkan bekal untuk hidup dengan nilai-nilai agama
Bagi Khairul, pesantren merupakan sarana untuk menimba ilmu agama yang efektif di tengah era globalisasi. Lebih jauh lagi, pesantren menjadi tempat untuk mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
“Karena menurut saya di era globalisasi, kita harus lebih banyak yang namanya memasukkan inti-inti agama di dalam pendidikan, karena kalau di luar mungkin kita bisa belajar (agama) seperti biasa, tapi unsur-unsur agamanya kurang,” kata Hanan, santriwati di Pesantren DALWA.

5. Rutinitas ibadah lebih tertata dan teratur


Ahmad Ainul Kiram merupakan santri Pondok Pesantren Tebu Ireng asal Semende Muara Enim. Ainul Kiram memiliki latar belakang keluarga santri. Terbiasa tinggal di pondok pesantren, rutinitas ibadahnya menjadi tertata rapih.
“Saya lebih nyaman ketika berada di lingkungan yang agamis, karena saya pribadi lebih mudah untuk mengatur ibadah yang saya lakukan tiap hari dibanding di kosan atau asrama atau tempat lain. Memang saya mencari tempat yang menunjang kegiatan keagamaan,” beber Ainul Kiram.

6. Mendalami ilmu agama

Menurut Erwin Fadli.

“Saya melihat pondok pesantren sebagai tempat belajar agama yang mana semua orang dan golongan bisa belajar di sini, tanpa memandang suku dan ras. Karena pada hakikatnya pesantren berdiri di atas semua golongan,” kata santriwan di Pondok Pesantren P2S3 I.

7. Tempat belajar yang sempurna

Terakhir, menurut Wulan, santriwati Pondok Pesantren DALWA, pesantren adalah tempat belajar dengan kurikulum yang sempurna. Khususnya pesantren modern, di sana para santri juga mempelajari berbagai ilmu pengetahuan sebagaimana pada sekolah negeri atau umum.  

“Karena pondok pesantren tempat kita terjaga dan di antara tempat yang paling sempurna adalah pondok pesantren, karena kita belajar agama dan umum juga,” imbuhnya.

“Tanah Kelahiran”

Di sinilah aku pertama kali melihat dunia. Tanah kelahiran yang sederhana namun penuh makna. Di bumi ini aku ditimang, dibesarkan, dan didid...