Mengenal Lebih Dekat Habib Abu Bakar al-Adni Bin Ali al-Masyhur - Yaman
Sejak belasan abad yang lalu Hadramaut
sudah dikenal sebagai wilayah yang memunculkan para ulama dan auliya', hingga
saat ini dari kota tersebut muncul para pendakwah / da'i yang sevara istiqamah
mengrnalkan, mengajak umat manusia agar terusendekatkan diri pada Tuhannya.
Ketenaran Hadramaut sebagai pencetak ulama-ulama sohor itu dikenal seantero
alam, bahkan saat ini kita kenal para ulama asal kota para wali yang sangat
luar biasa.
Di Indonesia, nama al-Habib Umar bin Hafidz dan al-Habib Salim Asyathiri sudah
tidak asing di telinga, hal ini sebab keduanya sering melakukan kunjungan dan
silaturrahmi ke Indonesia untuk bertemu dengan para ulama di Indonesia dan
beberapa murid beliau yang kini tersebar di penjuru Indonesia.
Di Hadramaut ada seorang ulama kharismatik yang cukup dikenal oleh publik
Yaman, sebagai salah satu cendikiawan muslim, walaupun di Indonesia namanya
tidak sering terdengar sepertihalnya kedua ulama sebelumnya, Namun ketenaran
sosok alim sang da'i di kawasan Yaman sudah sampai ke kawasan jazirah.
Beliau adalah al-Habib Abubakar al-Adni bin Ali al-Masyhur, ulama yang
mempunyai pemikiran cemerlang di Abad ini, seorang ulama rabbani yang sosok da
kepribadiannya bisa menjadi contoh bagi umat Islam.
Biografi Habib Abubakar al-Adni bin Ali
al-Masyhur
Habib Abu Bakar al-Adni dilahirkan di
lingkungan keluarga yang cinta ilmu dan dakwah, tepatnya kota Ahwar pada tahun
1366 H.
Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang religius, menjadikannya
sejak masih kecil telah menghafal al-Quran.
Lingkungan yang penuh dengan para ulama saat itu, membuatnya berkesempatan
untuk belajar pada para ulama yang berada di kawasan Hadramaut, seperti Ahwar,
Aden, dan sekitarnya.
|
|
|
Habib Abu Bakar al-Adni Bin Ali al-Masyhur
Dan Habib Umar
|
Menurut penuturannya, Sejak berumur 14 tahun telah dilatih oleh ayahnya
yakni al-Habib Ali al-Masyhur untuk berdakwah.
Bahkan diusia yang cukup belia itu sang ayah sudah sering memerintahnya untuk
menyusun konsep khutbah jumat, kemudian dibaca didepan sang ayah sebelum
disampaikan di atas mimbar.
Sosok sang ayah sangat melekat pada diri sang anak, bahkan hampir disemua sisi
hidupnya banyak dipengaruhi dan didik oleh sang ayah.
Selain mengajarkan disiplin pada waktu, sang ayah juga sangat perhatian pada
pendidikan keluarga disamping juga sebagai pendidik yang mengajarkan arti
dan tujuan hidup.
Disamping belajar kepada sang ayah, Habib Abu Bakar juga belajar krepada para
ulama secara tradisional maupun menimba ilmu secara formal di sekolah, hingga
akhirnya lulus dari Universitas Aden jurusan tarbiah.
Masa Remaja Habib Abu Bakar al-Adni
Dalam kitab al-Khuruj Min Dairatul
Hamra, beliau menceritakan saat masa remaja, dilalui olehnya dan keluarga di
bawah tekanan pemerintah. Hingga akhirnya beliau dan keluarga terpaksa harus
keluar dari Yaman menuju Arab Saudi.
Di Hijaz, dia diperintahkan sang ayah untuk menjadi Imam salat, dan mengisi
pengajian, menjadi khatib di salah satu Masjid di Jedah. Mula-mula beliau ingin
melanjutkan studinya ke al-Azhar Mesir, namun kedua orang tuanya tidak
berkenan, dan memintanya untuk mendalami ilmu agam kepada al-Habib Abdul Qadir
bin Ahmad Assegaf.
Saat menjadi murid Habib Abdul Qadir
ini, keinginan untuk melanjutkan studi ke Mesir semakin sirna, sebab beliau
mendapati sosok gurunya sebagai tujuan utamanya.
Beliau pernah berkata tentang sang
guru yang tak lain Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf:
“keinginanku untuk belajar
kemesir menjadi lenyap setelah aku berjumpa dengan al-Habib Abdul Qadir, sebab
tujuan dan keinginanku telah ku jumpai di kota ini, sesuatu yang ku temukan
pada diri al-Habib Abdulqadir adalah luasnya masyhad, ilmu yang memadai,
kejernihan akal, dan kesungguhan orentasi serta akhlak nubuwah yang sempurna”
Habib Abubakar mulai dekat dengan sang
guru, yaitu Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf, hingga sang murid banyak
sekali menyelesaikan pelajaran dan membacakannya di depan sang guru, dan sebab
ini pula beliau menjadi murid istimewa bagi sang guru.
Kembali Ketanah Kelahiran
Setelah Yaman selatan bersih dari
pemerintahan komunis, dan munculnya persatuan rakyat Yaman, Habib Abu
Bakar kembali ke tanah kelahirannya, dan beliau termasuk ulama pertama yang
mempropagandakan persatuan pemikiran dan jiwa pada masyarakat Yaman setelah
Negara mereka bersatu.
Saat itulah kiprah beliau Habib Abu Bakar al-Adni mulai tampak, sepak terjang
dalam dunia pendidikan sangat tampak sekali, hal itu terbukti saat beliau
membuka puluhan pondok pesantren diberbagai pelosok negeri Yaman, serta
pusat-pusat pendidikan yang jumlahnya tidak kurang dari 83 cabang.
Kemampunya menggabungkan konsep pendidikan moderen dengan pendidikan
tradisional menjadikan mayoritas murid-muridnya menjadi sarjana dan cendikiawan
yang ikut mewarnai dakwh di Yaman.
Selain aktifitas mengajar, beliau juga aktif mengadakan seminar dan kajian
intensif seputar dakwah dan ilmu keislaman, begitu juga beliau banyak
mendidirikan forum kajian atau yang lebih dikenal dengan istilah muntadayat
diberbagai kawasan di Yaman.
Gagasan Dan Pemikiran Habib Abu Bakar al-Adni
Tak sedikit gagasan dan pemikiran
Habib Abu Bakar al-Adni membantu menyelesaikan problematika Umat, dan pemikiran
tersebut dituangkan di lebih dari 150 karya, baik di bidang Fikih, Sejarah,
Akidah, Sastra, Metode Dakwah, dan yang menarik adalah karya-karya dengan
pemilikiran yang cukup baru, dan belum pernah dijelaskan oleh ulama
pendahulunya.
Fikih Tahawwulat, kiranya menjadi
salah satu contoh dari buah kedalaman ilmu dan kecerdasan intelektualnya,
apakah itu Fiqih tahawwulat?
Konsep Fiqih Tahawwulat
Kaum Muslimin, sejak lama mengenal
rukun agama terbagi menjadi tiga, yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Ketiga
rukun agama tersebut wajib diketahui orang Islam yang mukallaf, dengan landasan
hadits Jibril.
Namun Dari hadits itulah habib Abubakar berpendapat bahwa rukun agama
sebenarnya ada empat, dengan tambahan mengetahui tanda-tanda kiamat.
Rukun ke empat ini di istilahkan oleh beliau dengan istilah fiqih tahawwulat.
Perbedaan ketiga rukun dengan rukun yang terakhir ini adalah, ketiga rukun
agama bersifat tetap dan tidak ada perubahan, sementara rukun ke-empat bersifat
kondisional dan cendrung berubah-rubah tergantung dengan kondisi dan masanya.
Sementara faidah mengetahui fiqih ini adalah: mengetahui sikap yang benar dalam
menyikapi berbagai fitnah yang timbul disepanjang masa, dengan berdasarkan nas
nabawiy.
Dimana fitnah yang menjadi tanda-tanda kiamat akan terjadi sepanjang masa,
sejak masa Rasulullah hingga pada puncak terjadinya kiamat.
Yang menarik, seperti halnya dengan ulasan tentang ketiga rukun agama,
Istinbat/pengambilan fiqih tahawwulat ini berdasarkan teks-teks suci/al-Quran
dan Hadits dengan menggabungkan antara sejarah peradaban dan realitas
masyarakat saat ini.
Demikianlah ulasan tentang sosok
"Habib Abu Bakar al-Adni Bin Ali al-Masyhur - Yaman" semoga untaian
barokah ilmu senantiasa mengalir kepada kita semua amin.