27/07/22

"Ummana Rodiyyah"

 



"Ummana Rodiyyah"

Disuatu malam, Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki bermimpi bertemu dengan kakek beliau dari jalur ibu, yaitu Sulthonul Auliya' Syekh Abdul Qodir al-Jilani. Dalam mimpi tersebut Syekh Abdul Qodir berkata: "Wahai anakku, engkau telah melupakanku, sekian lamanya kamu tidak pernah pergi ke baghdad untuk berziarah kepadaku." Kemudian Abuya Muhammad menjawab: "Maaf Syekh, sebenarnya sudah lama aku ingin berziarah kepadamu, namun aku selalu sibuk sehingga tidak sempat untuk pergi ke Baghdad, tapi baiklah untuk kali ini aku akan pergi ke Baghdad untuk berziarah kepadamu, tapi kapan aku akan berangkat?" Lantas Syekh Abdul Qodir menjawab "Besok pagi kamu berangkatlah ke Baghdad, disana nanti kamu akan bertemu dengan seseorang yg bernama Toriq Hakim, dialah yg akan melayanimu selama kamu berada disana."

Setelah jama'ah sholat subuh, Abuya Muhammad masuk kamar dan mempersiapkan segala sesuatu keperluan safar ke Baghdad tanpa sepengetahuan istri dan putra2 beliau, akan tetapi ketika ummuna Rodiyyah masuk kamar dan melihat Abuya memasukkan baju dalam tas seperti orang yang tergesa-gesa untuk bepergian, Ummuna Rodiyyah lantas bertanya: "Mau kemana engkau yaa Sayyid..? Apakah engkau hendak keluar negeri..?"

Abuya Muhammad tidak menggubris pertanyaan Ummuna, hingga mengulang-ngulang sampai ketiga kalinya, hingga Abuya menjawab: tidak, aku tidak mau kemana-mana.

"Apakah engkau hendak ke Baghdad untuk berziarah ke Syekh Abdul Qodir al-Jilani..?" timpal Ummuna Rodhiyyah.

Mendengar pertanyaan itu Abuya Muhammad merasa kaget dan heran seraya bertanya, "Dari mana kamu tahu akan niat dan tujuanku wahai istriku..? Siapa yg memberi tahumu..?" Ummuna Rodhiyyah menjawab, "orang yang tadi malam datang di dalam mimpimu, juga mendatangiku dan memberi tahu akan niat dan tujuanmu."

Kemudian Abuya menceritakan semua apa yang ada di dalam mimpinya pada malam itu. Pada hari itu juga Abuya Muhammad pergi ke Baghdad. Sesampainya disana Abuya langsung disambut seorang laki laki menuju ke makam Syekh Abdul Qodir Al Jilani, yang tidak dikenal dan saling sapa menyapa.

Abuya: "Siapa kamu wahai saudara muslim..?" Lelaki tersebut malah balik bertanya.

Lelaki : "Apakah engkau dari kota makkah..? Apakah engkau Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki..? Apakah engkau termasuk ahlu bait..? Apakah engkau termasuk keturunan dari shohibul hadzal qobri (Syekh Abdul Qodir al Jilani)..?"

Abuya : "Iya benar, dari mana kamu tahu tentang diriku?"

Lelaki : "Semalam sohibul hadzal qobri (sambil menunjuk ke makam Syekh Abdul Qodir al Jilani) mendatangiku dalam mimpi dan memberi tahuku akan kedatanganmu, serta aku disuruh untuk melayanimu selama engkau berada di Baghdad."

Abuya : "Kalau begitu kamu adalah Thoriq Hakim..?"

Lelaki : "Iya benar, dari mana engkau tahu namaku..?"

Abuya : "Tadi malam aku juga bermimpi bertemu dengan Syekh Abdul Qodir al Jilani dan beliau menyuruhku untuk datang kesini serta aku akan dilayani oleh seseorang yang bernama Toriq Hakim."

Semoga dengan mendengar dan membaca kisah para wali ini, kita mendapatkan rahmat dari Allah SWT

 

 


26/07/22

Mengenal Lebih Dekat Habib Abu Bakar al-Adni Bin Ali al-Masyhur - Yama

Mengenal Lebih Dekat Habib Abu Bakar al-Adni Bin Ali al-Masyhur - Yaman 

Sejak belasan abad yang lalu Hadramaut sudah dikenal sebagai wilayah yang memunculkan para ulama dan auliya', hingga saat ini dari kota tersebut muncul para pendakwah / da'i yang sevara istiqamah mengrnalkan, mengajak umat manusia agar terusendekatkan diri pada Tuhannya.
Ketenaran Hadramaut sebagai pencetak ulama-ulama sohor itu dikenal seantero alam, bahkan saat ini kita kenal para ulama asal kota para wali yang sangat luar biasa.

Di Indonesia, nama al-Habib Umar bin Hafidz dan al-Habib Salim Asyathiri sudah tidak asing di telinga, hal ini sebab keduanya sering melakukan kunjungan dan silaturrahmi ke Indonesia untuk bertemu dengan para ulama di Indonesia dan beberapa murid beliau yang kini tersebar di penjuru Indonesia.

Di Hadramaut ada seorang ulama kharismatik yang cukup dikenal oleh publik Yaman, sebagai salah satu cendikiawan muslim, walaupun di Indonesia namanya tidak sering terdengar sepertihalnya kedua ulama sebelumnya, Namun ketenaran sosok alim sang da'i di kawasan Yaman sudah sampai ke kawasan jazirah.

Beliau adalah al-Habib Abubakar al-Adni bin Ali al-Masyhur, ulama yang mempunyai pemikiran cemerlang di Abad ini, seorang ulama rabbani yang sosok da kepribadiannya  bisa menjadi contoh bagi umat Islam.

Biografi Habib Abubakar al-Adni bin Ali al-Masyhur

Habib Abu Bakar al-Adni dilahirkan di lingkungan keluarga yang cinta ilmu dan dakwah, tepatnya kota Ahwar pada tahun 1366 H.

Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang religius, menjadikannya sejak masih kecil telah menghafal al-Quran.

Lingkungan yang penuh dengan para ulama saat itu, membuatnya berkesempatan untuk belajar pada para ulama yang berada di kawasan Hadramaut, seperti Ahwar, Aden, dan sekitarnya.


Habib Abu Bakar al-Adni Bin Ali al-Masyhur Dan Habib Umar

Menurut penuturannya, Sejak berumur 14 tahun  telah dilatih oleh ayahnya yakni al-Habib Ali al-Masyhur untuk berdakwah.

Bahkan diusia yang cukup belia itu sang ayah sudah sering memerintahnya untuk menyusun konsep khutbah jumat, kemudian dibaca didepan sang ayah sebelum disampaikan di atas mimbar.
Sosok sang ayah sangat melekat pada diri sang anak, bahkan hampir disemua sisi hidupnya banyak dipengaruhi dan didik oleh sang ayah.

Selain mengajarkan disiplin pada waktu, sang ayah juga sangat perhatian pada pendidikan keluarga  disamping juga sebagai pendidik yang mengajarkan arti dan tujuan hidup.
Disamping belajar kepada sang ayah, Habib Abu Bakar juga belajar krepada para ulama secara tradisional maupun menimba ilmu secara formal di sekolah, hingga akhirnya lulus dari Universitas Aden jurusan tarbiah.

Masa Remaja Habib Abu Bakar al-Adni

Dalam kitab al-Khuruj Min Dairatul Hamra, beliau menceritakan saat masa remaja, dilalui olehnya dan keluarga di bawah tekanan pemerintah. Hingga akhirnya beliau dan keluarga terpaksa harus keluar dari Yaman menuju Arab Saudi.

Di Hijaz, dia diperintahkan sang ayah untuk menjadi Imam salat, dan mengisi pengajian, menjadi khatib di salah satu Masjid di Jedah. Mula-mula beliau ingin melanjutkan studinya ke al-Azhar Mesir, namun kedua orang tuanya tidak berkenan, dan memintanya untuk mendalami ilmu agam kepada al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf.

Saat menjadi murid Habib Abdul Qadir ini, keinginan untuk melanjutkan studi ke Mesir semakin sirna, sebab beliau mendapati sosok gurunya sebagai tujuan utamanya.

Beliau pernah berkata tentang sang guru yang tak lain Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf:

 “keinginanku untuk belajar kemesir menjadi lenyap setelah aku berjumpa dengan al-Habib Abdul Qadir, sebab tujuan dan keinginanku telah ku jumpai di kota ini, sesuatu yang ku temukan pada diri al-Habib Abdulqadir adalah luasnya masyhad, ilmu yang memadai, kejernihan akal, dan kesungguhan orentasi serta akhlak nubuwah yang sempurna”

Habib Abubakar mulai dekat dengan sang guru, yaitu Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf, hingga sang murid banyak sekali menyelesaikan pelajaran dan membacakannya di depan sang guru, dan sebab ini pula beliau menjadi murid istimewa bagi sang guru.

Kembali Ketanah Kelahiran

Setelah Yaman selatan bersih dari pemerintahan komunis,  dan munculnya persatuan rakyat Yaman, Habib Abu Bakar kembali ke tanah kelahirannya, dan beliau termasuk ulama pertama yang mempropagandakan persatuan pemikiran dan jiwa pada masyarakat Yaman setelah Negara mereka bersatu.

Saat itulah kiprah beliau Habib Abu Bakar al-Adni mulai tampak, sepak terjang dalam dunia pendidikan sangat tampak sekali, hal itu terbukti saat beliau membuka puluhan pondok pesantren diberbagai pelosok negeri Yaman, serta pusat-pusat pendidikan yang jumlahnya tidak kurang dari 83 cabang.

Kemampunya menggabungkan konsep pendidikan moderen dengan pendidikan tradisional menjadikan mayoritas murid-muridnya menjadi sarjana dan cendikiawan yang ikut mewarnai dakwh di Yaman.

Selain aktifitas mengajar, beliau juga aktif mengadakan seminar dan kajian intensif seputar dakwah dan ilmu keislaman, begitu juga beliau banyak mendidirikan forum kajian atau yang lebih dikenal dengan istilah muntadayat diberbagai kawasan di Yaman.

Gagasan Dan Pemikiran Habib Abu Bakar al-Adni

Tak sedikit gagasan dan pemikiran Habib Abu Bakar al-Adni membantu menyelesaikan problematika Umat, dan pemikiran tersebut dituangkan di lebih dari 150 karya, baik di bidang Fikih, Sejarah, Akidah, Sastra, Metode Dakwah, dan yang menarik adalah karya-karya dengan pemilikiran yang cukup baru, dan belum pernah dijelaskan oleh ulama pendahulunya.

Fikih Tahawwulat, kiranya menjadi salah satu contoh dari buah kedalaman ilmu dan kecerdasan intelektualnya, apakah itu Fiqih tahawwulat?

Konsep Fiqih Tahawwulat

Kaum Muslimin, sejak lama mengenal rukun agama terbagi menjadi tiga, yaitu  Islam, Iman dan Ihsan. Ketiga rukun agama tersebut wajib diketahui orang Islam yang mukallaf, dengan landasan hadits Jibril.

Namun  Dari hadits itulah habib Abubakar berpendapat bahwa rukun agama sebenarnya ada empat, dengan tambahan mengetahui tanda-tanda kiamat. Rukun ke empat ini di istilahkan oleh beliau dengan istilah fiqih tahawwulat.

Perbedaan ketiga rukun dengan rukun yang terakhir ini adalah, ketiga rukun agama bersifat tetap dan tidak ada perubahan, sementara rukun ke-empat bersifat kondisional dan cendrung berubah-rubah tergantung dengan kondisi dan masanya.

Sementara faidah mengetahui fiqih ini adalah: mengetahui sikap yang benar dalam menyikapi berbagai fitnah yang timbul disepanjang masa, dengan berdasarkan nas nabawiy.
Dimana fitnah yang menjadi tanda-tanda kiamat akan terjadi sepanjang masa, sejak masa Rasulullah hingga pada puncak terjadinya kiamat.

Yang menarik, seperti halnya dengan ulasan tentang ketiga rukun agama, Istinbat/pengambilan fiqih tahawwulat ini berdasarkan teks-teks suci/al-Quran dan Hadits dengan menggabungkan antara sejarah peradaban dan realitas masyarakat saat ini.

Demikianlah ulasan tentang sosok "Habib Abu Bakar al-Adni Bin Ali al-Masyhur - Yaman" semoga untaian barokah ilmu senantiasa mengalir kepada kita semua amin.

 

 

19/07/22

Surah Ar-Ra'ad ayat 11

  إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. 

“Tanah Kelahiran”

Di sinilah aku pertama kali melihat dunia. Tanah kelahiran yang sederhana namun penuh makna. Di bumi ini aku ditimang, dibesarkan, dan didid...