***
Awalnya, aku hanya menjadi pengagum diam-diam.
Setiap kali melihat postinganmu di Facebook, jari ini seperti punya kebiasaan
sendiri untuk menekan tombol love. Entah kenapa, ada perasaan lega setiap kali
melihat notifikasi itu muncul di akunmu, meski aku tahu mungkin bagimu hanya
sekadar notifikasi biasa. Namun bagiku, itu adalah cara kecil untuk menunjukkan
keberadaan, cara sederhana untuk bilang, "Hei,
aku di sini, memperhatikanmu."
***
Sampai suatu malam, aku memimpikanmu. Mimpi itu
terasa begitu nyata seolah kita sedang berada di tempat yang sama tanpa ada
jarak. Saat terbangun, aku masih merasakan getaran hangat dari mimpi itu. Dari
situlah keberanian kecil mulai tumbuh. Aku berpikir, mungkin ini saatnya untuk
keluar dari diam, memberanikan diri menyapa.
Sore itu aku
membuka Messenger, mengetikkan beberapa kata sederhana, lalu memikirkanya lagi
berkali-kali. Ada rasa takut, khawatir dianggap aneh, atau mungkin diabaikan.
Tapi akhirnya, dengan sedikit nekat, aku mengirim chat pertama:
Aku: ““Maaf
kalu lancang cuman siape ini yeh??? galak ngenjuk notif, cuman nak tau
saje Karne sering nian ngenjuk notif Dide bermaksud ape²?". “Aku Dide
teganggu cuman ape aku kenal? Atau keluarge?”
Awalnya, aku hanya
berniat basa-basi, sekadar mencari alasan untuk memulai percakapan. Tak
kusangka, kamu membalas dengan ramah. Dari situ, obrolan kita mengalir begitu
saja. Hal-hal kecil menjadi bahan tawa, pertanyaan sederhana berubah jadi
cerita panjang.
Jam demi jampun
berganti, percakapan kita semakin intens. Setiap notifikasi Messenger darimu
selalu berhasil membuat malamku lebih cerah. Rasanya aneh, tapi menyenangkan seakan
kita sudah lama kenal, padahal kenyataannya baru sebentar bertegur sapa. Dari
hanya sekadar notifikasi love, hadirnya dalam mimpi, hingga akhirnya berani
menyapa lewat chat, aku tak pernah menyangka semuanya bisa menjadi awal dari
sebuah cerita yang begitu hangat.
